Kabar Kilat malah balik menggelar konferensi pers tandingan. Mereka didampingi pengacara top, Bu Cynthia dan timnya yang siap tempur kapan saja. Di sana, mereka memaparkan bukti-bukti yang begitu kuat dan terstruktur rapi, sampai-sampai pihak lawan nggak bisa berkutik. Dewan Pers juga memberikan dukungan penuh, menegaskan hak imunitas yang mereka miliki.
Skandal itu akhirnya memaksa menteri terkait mundur terhormat atau lebih tepatnya, mundur karena malu. Operasi konsorsium tambang itu dibekukan. KPK pun bergerak cepat, kali ini memberi apresiasi pada kerja jurnalistik Kabar Kilat yang rapi dan terverifikasi. Beda jauh dengan stigma wartawan ‘bodrex’ yang cuma kejar amplop.
Di balik kesibukan dan tekanan kerja yang mencekam, Fitrah berusaha keras untuk nggak lupa kewajibannya sebagai ayah dan suami. Dia berkomitmen untuk tetap pulang sore, menemani Arjuna dan Kinara belajar dan bermain, lalu makan malam bersama Arine. Jadi, keberhasilannya sebagai Redaktur nggak mengurangi perannya di rumah. Integritas di kantor dan keluarga, tercapai!
Suatu malam, setelah segalanya reda, Fitrah duduk di teras belakang ditemani Arine. Anak-anak sudah terlelap di kamar.
"Kamu hebat, Fit," ujar Arine, menggenggam tangan suaminya erat. "Kamu berhasil membuktikan bahwa jurnalisme yang baik bisa mengubah negara, tanpa harus mengorbankan rumah tanggamu sendiri."
Fitrah cuma tersenyum, menatap mata Arine yang penuh cinta. Aroma tinta dan berita besar mungkin masih menggodanya. Tapi sekarang dia sudah tahu, apa yang paling berharga.
"Semua berkat kamu, Arine," jawabnya dengan tulus. "Kamu jangkar yang selalu bikin aku tetap di jalur yang benar. Nggak nyasar ke politik atau karaoke lagi."
Di bawah langit malam, Fitrah Nusantara, sang Redaktur, sudah siap menghadapi tantangan berikutnya. Kali ini, dengan kompas moral yang lebih kuat dan keluarga sebagai prioritas utamanya. (Bersambung – Jangkar Terkuat Sang Pemred)
Artikel Terkait
Prabowo Soroti Izin Lingkungan Usai Tinjau Banjir Sumbar
Kursi Roda dan Sepiring Harapan: Kisah Priadi di Gang 2 Wonocolo
Akbar Faizal Beri Sinyal Keras ke Gibran: Bantu Nyata atau Diam Saja!
Dari Sampah Dapur hingga Senyum Anak Sekolah: Inovasi SPPG Margomulyo yang Berdayakan Lingkungan