Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian angkat bicara soal bantuan Malaysia untuk korban bencana di Indonesia. Intinya, ia ingin meluruskan persepsi yang beredar di masyarakat. Menurutnya, bantuan dari negara tetangga itu tak bisa disamakan apalagi dibandingkan dengan upaya yang digelontorkan langsung oleh pemerintah Indonesia sendiri. Skalanya jauh berbeda.
“Bantuan dari Malaysia tentu kami hargai,” katanya. Tapi, ia menegaskan, peran utama dan tanggung jawab terbesar tetap ada di pundak negara.
Di sisi lain, Tito membeberkan bahwa pemerintah sudah mengucurkan anggaran yang jauh lebih besar untuk penanganan bencana, terutama di wilayah Sumatera. Anggaran itu tak cuma untuk logistik darurat, tapi juga pemulihan infrastruktur dan dukungan jangka panjang bagi warga yang terdampak. Rencananya sudah disiapkan, dan dananya digelontorkan bertahap.
Ia ingin masyarakat paham: negara hadir. Negara yang bertanggung jawab penuh. Bantuan luar negeri sifatnya tambahan, sekadar pelengkap solidaritas. Sedangkan upaya utama, dengan segala kemampuan dan kewajiban, tetap berasal dari dalam negeri.
Jadi, jangan sampai salah paham. Pemerintah tak mau upaya besarnya tenggelam hanya karena ada bantuan dari luar yang mungkin lebih sering disorot. Ini soal kedaulatan, juga soal kepercayaan publik bahwa negara mampu mengurus rakyatnya sendiri di saat sulit.
Artikel Terkait
Damkar Bantu Turunkan Jenazah 130 Kg ke Liang Lahat dengan Teknik Vertical Rescue
Brian Yuliarto Usulkan Kampus Medis Baru untuk Atasi Kelangkaan Dokter
Tragedi Sumut: 355 Tewas dan Kerugian Rp 9,76 Triliun Akibat Banjir-Longsor
Skrining DIY Ungkap Potensi Depresi dan Kecemasan pada Ribuan Warga