Dan itu bekerja. Pelanggan pertama pun datang dari Rancabentang.
"Aku minta tolong ke si ibunya 'Bu tolong dong aku bisa pijit nih, tolong dong iklanin aku di WA-nya'. Terus ada WA masuk orang Rancabentang. Itu customer pertama,"
ungkap Julia.
Lalu, ia iseng mencoba peruntungan di TikTok. Hasilnya di luar dugaan. Unggahannya langsung ramai diperbincangkan. Pesan masuk membanjir, bahkan bisa mencapai lebih dari seratus dalam sehari. Pengikutnya yang awalnya cuma 200-an, melonjak drastis hingga menyentuh angka ribuan.
"Buka tiktok lagi, wah iya ternyata makin naik followers-nya,"
kata Julia dengan nada masih tak percaya.
Penghasilan yang Tak Terduga dan Pesan untuk Anak Muda
Dulu, Julia punya banyak cita-cita: jadi koki, fotografer, atau bidan. Tapi restu orang tua tak kunjung datang. Kini, dari pijatan tangannya, ia justru menemukan jalan hidup. Dalam sehari, ia bisa memijat 5 sampai 6 orang klien, dengan tarif Rp 100.000 per jam. Ia hanya melayani perempuan, dan terkadang dapat panggilan untuk memijat bayi.
"Sehari paling banyak 5 atau 6 orang,"
katanya.
Jika dihitung, penghasilan kotornya bisa mencapai Rp 10 juta sebulan. Uang itu ia pakai untuk hidup sehari-hari, membantu orang tua, dan tentu saja, ditabung untuk masa depan.
"Mungkin kurang lebih Rp 10 juta sebulan,"
ungkap Julia.
"Aku lebih ngasih ke orang tua, terus ditabung beli keperluan aku, terus buat makan juga,"
lanjutnya.
Pengalamannya berliku ini memberinya pesan berharga untuk generasi muda. Baginya, gengsi harus disingkirkan. Yang penting halal dan bisa memenuhi kebutuhan.
"Jangan gengsi pokoknya selagi itu halal, selagi pekerjaan itu halal, terus bisa menuhi kebutuhan kita sehari-hari, gas terus aja. Jangan menyerah, kalau capek istirahat dulu, nanti mulai lagi,"
pesan Julia penuh semangat.
Artikel Terkait
KPK Amankan Sembilan Orang dan Sita Rp 900 Juta dalam Operasi Diam-diam
Hujan Deras dan Angin Kencang Porak-Porandakan Sepuluh Rumah di Pandeglang
Syal dan Peci Noel Menghilang Usai Pelimpahan Berkas Rp 201 Miliar
Sutoyo Abadi Tagih Janji Prabowo: Saatnya Presiden Mati Bersama Korban Banjir