Bangsa yang Luhur: Perpaduan Kekuasaan dan Kebijaksanaan
Kemajuan bangsa yang sejati mustahil dipisah dari nilai-nilai luhur yang menopangnya. Coba lihat. Bangsa yang cuma kejar pertumbuhan, tapi abai pada keadilan, akhirnya hanya menuai ketimpangan. Yang mengagungkan stabilitas dengan mengorbankan kebebasan, akan melahirkan stagnasi batin. Sementara bangsa yang memuja kedaulatan tanpa adab, bakal terjebak dalam siklus kekerasan baik secara simbolik maupun struktural.
Lalu seperti apa bangsa yang luhur? Ia menjadikan hukum sebagai sarana keadilan, bukan sekadar alat kekuasaan. Pendidikan dipandang sebagai jalan pembebasan akal budi, bukan pabrik pencetak pekerja. Perbedaan dilihat sebagai kekayaan, bukan ancaman. Dalam bangsa seperti ini, kedaulatan dibangun di atas kepercayaan, bukan rasa takut.
Kepercayaan itu modal sosial tertinggi dalam demokrasi yang beradab. Negara dipercaya karena adil, bukan karena ditakuti. Pemimpin dihormati karena integritasnya, bukan cuma jabatannya. Dan hukum ditaati karena legitimasi moralnya, bukan cuma ancaman sanksinya.
Mencari, Bukan Mengklaim
Perlu diingat, kedaulatan yang beradab bukan barang jadi. Bukan monumen yang bisa diresmikan lalu selesai. Ia adalah proses panjang yang harus terus dicari, dirawat, dan diperjuangkan. Setiap generasi punya tanggung jawabnya sendiri untuk menafsir ulang makna kedaulatan sesuai tantangan zamannya.
Mencari kedaulatan yang beradab artinya bersedia untuk melakukan kritik diri sebagai bangsa. Butuh keberanian mengakui kegagalan, kesabaran memperbaiki institusi, dan kerendahan hati belajar dari sejarah. Dalam pencarian ini, demokrasi berfungsi lebih dari sekadar sistem politik. Ia adalah ruang belajar bersama.
Kedaulatan sebagai Jalan Kemanusiaan
Pada ujungnya, kedaulatan yang beradab adalah ekspresi tertinggi dari kesadaran kemanusiaan dalam kehidupan berbangsa. Ia menegaskan satu hal: kekuasaan tanpa nurani adalah kehampaan. Kebebasan tanpa tanggung jawab cuma ilusi belaka. Demokrasi sejati hanya akan tumbuh subur jika kedaulatan dijalankan dengan adab, dan adab itu sendiri dipelihara sebagai nilai bersama.
Jadi, kemajuan bangsa yang luhur bukan soal kecepatan melangkah. Tapi lebih pada arah dan nilai yang dibawa. Di dunia yang semakin riuh oleh klaim kebenaran dan perebutan kuasa, kedaulatan yang beradab menawarkan jalan sunyi namun penuh makna. Jalan di mana kekuasaan tunduk pada kemanusiaan, dan demokrasi akhirnya menemukan jiwanya.
Tabik.
aendra medita,
penulis dari JalaBhumiKultura (JBK)
Artikel Terkait
Olimpiade Sains Airlangga 2025: 6.206 Siswa Berebut Golden Ticket
Antrean Pajak Kendaraan Menyapa Pagi di Tengah Keramaian CFD
Anggota DPR Desak Permudah Izin Penggalangan Dana Darurat
Puisi Ulama dan Isyarat Kritis di Balik Dinamika NU