Kisah Sumarni dan Kios Buku yang Bertahan di Titik Nol Yogyakarta

- Kamis, 11 Desember 2025 | 15:48 WIB
Kisah Sumarni dan Kios Buku yang Bertahan di Titik Nol Yogyakarta

Kalau bicara ikon Yogyakarta, Titik Nol Kilometer pasti masuk daftar. Tapi, di balik kemegahan bangunan kolonial itu, ada sebuah sudut yang punya cerita sendiri: deretan kios tua yang dulu jadi pusat bacaan. Di sini, buku, koran, kalender, hingga buku teka-teki silang (TTS) pernah berjaya.

Lokasinya persis di samping gedung PT Pos Indonesia. Dulu, tempat ini ramai sekali. Dari remaja sampai orang tua, silih berganti datang mencari bacaan favorit mereka.

Pada suatu Kamis pagi, suasana di sana terasa lengang. Dari deretan kios yang membentang rapi, cuma tiga yang sudah membuka tirai. Salah satunya adalah milik Sumarni, seorang perempuan berusia 52 tahun asal Wonosari, Gunungkidul.

"Saya sudah dari 1990 di sini," ujarnya.

Bagi Sumarni, kios ini adalah saksi perjalanan hidupnya. Dia mulai berjualan sejak masih lajang, lalu menikah, dan kini sudah punya cucu. Semua manis pahit mencari rezeki sudah dirasakannya di tempat yang sama.

Di era keemasannya, dagangannya sangat lengkap. Bukan cuma buku. Koran, kalender, majalah berbahasa Jawa, majalah remaja, bahkan kupon sayembara ketoprak dan perangkatan pos semua ada di kios kecilnya.

Zaman Berubah, Dagangan Pun Ikut

Menurut Sumarni, gemerlap itu bertahan sampai sekitar tahun 2015. Setelah itu, perlahan tapi pasti, perubahan mulai terasa. Masyarakat beralih ke ponsel pintar untuk mengakses informasi. "Ramai-ramainya itu sampai 2015. Setelah ada android, pembeli media cetak mulai berkurang," kenangnya.

Jumlah kios sebenarnya tetap, masih 17 unit. Tapi isinya sudah jauh berbeda. Banyak yang akhirnya banting setir. "Sekarang sudah beralih jualan sempol, cemilan untuk nongkrong. Biasanya buka sore sampai malam, ngikutin jam wisatawan," jelas Sumarni.

Kini, dari 17 kios itu, yang masih setia menjual buku tinggal empat. Termasuk dirinya.

Untuk bertahan, Sumarni tak cuma mengandalkan buku. Sekitar lima tahun terakhir, dia menambah dagangan kopi. "Saya masih tetap jual novel dari Wattpad, kartu pos, benda-benda pos. Lalu ada kopi juga," katanya sambil menyusun kalender di rak.


Halaman:

Komentar