Sutoyo Abadi Desak Prabowo: Sikat Penghianat dalam Kabinet

- Rabu, 10 Desember 2025 | 21:00 WIB
Sutoyo Abadi Desak Prabowo: Sikat Penghianat dalam Kabinet

Yang lebih memprihatinkan, ketika pemerintah hendak mengendalikan oligarki misalnya dalam penguasaan SDA dan hutan mereka justru dikabarkan 'melapor' ke Xi Jinping. Ini jelas urusan kedaulatan, tapi seolah ada pihak lain yang mesti diajak bicara dulu.

Bentuk sabotase lainnya, menurut Sutoyo, sudah berlangsung lama. "Membebaskan beban pajak bagi perampok sumber kekayaan negara, lalu memunculkan macam-macam pajak baru yang menekan rakyat kecil. Sampai nyasar ke pedagang kaki lima," ungkapnya.

Tak cuma itu. "Mereka mengusir dan merampas tanah rakyat, mematok laut. Mereka bebas membangun 'negara dalam negara'," jelasnya lagi.

Persoalan hidup sehari-hari rakyat pun dipersulit. Distribusi gas elpiji, BBM, sembako semua dibuat berbelit. Dan ketika rakyat bereaksi karena kesulitan hidup, oknum aparat justru bertindak beringas. "Hanya karena ingin dapat recehan dari bos pemilik angpao," tutur Sutoyo.

Kekacauan terus diciptakan. Bahkan di tengah bencana banjir, distribusi bantuan terasa hanya mengandalkan TNI dan relawan. "Pimpinan partai macam-macam tingkahnya, berperilaku menjijikan, malah pencitraan melulu," katanya geram.

Semua ini membuatnya yakin. Rekayasa sabotase justru datang dari dalam struktur pemerintahan sendiri. Wajar jika Menhan sampai marah besar. Ada musuh dari dalam kabinet yang nyata-nyata ingin mensabotase kekuasaan presiden.

Kembali ke kuliah umum di Unhas, Sutoyo mengutip pesan Menhan yang terdengar seperti seruan perjuangan. "Kalian mahasiswa boleh menyalahkan saya, tetapi kalian tidak boleh salah untuk masa depan Indonesia."

Pesan yang lebih tegas lagi: "Kalian harus lawan semua musuh dalam selimut (penghianat negara)." Maknanya jelas. Jangan cuma berhenti pada pernyataan sikap atau unjuk rasa simbolis. Tapi lawan.

Maka, pesan terakhir Sutoyo untuk Presiden Prabowo tegas: jangan ulangi kesalahan. "Sebelum mereka, para penghianat negara yang telah menjadi ternak oligark itu memakzulkan diri, demi kedaulatan dan keselamatan negara, mereka harus dibereskan dulu. Sikat, sebelum beraksi lebih jauh."


Halaman:

Komentar