Banjir Tapteng: 19 Desa Terisolasi, Alat Berat Jadi Prioritas Darurat

- Rabu, 10 Desember 2025 | 13:42 WIB
Banjir Tapteng: 19 Desa Terisolasi, Alat Berat Jadi Prioritas Darurat

Volume kayu yang menumpuk itu luar biasa, diperkirakan mencapai ratusan ribu kubik. Masinton punya catatan sendiri soal ini. Dalam 9 bulan ia menjabat, ia melihat langsung perubahan drastis di perbukitan Tapteng. Banyak bukit dikeruk, hutan dibabat, dan lahannya beralih fungsi jadi kebun sawit.

"Beberapa di kawasan hutan kayunya dipotongin pakai senso… ditanam sawit," ungkapnya prihatin. Data BPS, lanjutnya, menunjukkan lonjakan deforestasi yang mengkhawatirkan dari sekitar 16.000 hektar di 2023 menjadi lebih dari 40.800 hektar di tahun ini.

Persoalan lain yang tak kalah serius adalah rusaknya total jaringan air bersih. Pipa dari hulu hingga sambungan rumah warga hancur. Warga kini bergantung pada air dari tangki bantuan, yang jumlahnya sangat terbatas. Masinton sudah angkat tangan untuk masalah ini dan membutuhkan bantuan pusat.

Dampak sanitasi yang buruk mulai terlihat. "Warga di beberapa titik pengungsian... sudah mulai muncul bintil-bintil di tubuhnya, di tangan maupun di badan," ujarnya. Gejala itu mirip cacar air, dan jelas berhubungan dengan kondisi air bersih yang tak layak.

Ke depan, pemerintah daerah sedang berupaya menyiapkan lahan yang aman dari ancaman banjir dan longsor. Lahan itu rencananya akan digunakan untuk hunian sementara para pengungsi.

"Maka kami nanti tanggung jawab kami adalah menyiapkan lahan-lahan yang bisa untuk dijadikan hunian sementara," tutup Masinton. "Nanti biar pemerintah pusat lah yang bantu ngebangunnya gitu."


Halaman:

Komentar