Sudah lebih dari seminggu berlalu, namun dampak buruk banjir dan longsor yang melanda Tapanuli Tengah sejak 25 November masih terasa sangat berat. Bupati Masinton Pasaribu mengungkapkan, akses menuju 19 desa dan satu kecamatan masih terputus sama sekali. Wilayah-wilayah itu benar-benar terisolir.
Karena kondisi yang belum membaik, Pemkab akhirnya memutuskan untuk memperpanjang status tanggap darurat. "Kami perpanjang 14 hari ke depan," kata Masinton. Alasannya sederhana namun pelik: jalan-jalan penghubung masih belum bisa ditembus.
Desa-desa yang terkepung itu antara lain Simarpinggan, Panggaringan, Sialogo, hingga Sipange. Daftarnya panjang, mencerminkan betapa luasnya area yang terdampak.
Di sisi lain, kebutuhan yang paling mendesak saat ini justru bukan sembako. Menurut Masinton, yang paling krusial adalah alat berat. "Sekarang kami perlu alat berat eskavator, beko, beko loader lengkap dengan penjepit kayu," tegasnya.
Permintaan itu bukan tanpa alasan. Tujuh aliran sungai di Tapteng saat ini mampet oleh tumpukan kayu gelondongan dan lumpur. Akibatnya, air sungai meluap seenaknya, mengalir ke jalan dan membanjiri rumah-rumah warga.
"Normalisasi sungai ini mutlak butuh alat berat," ujar Masinton. Ia menggambarkan, aliran air sudah merembes keluar dari jalur semestinya. "Gitu masyarakat enggak bisa menempati rumahnya karena terus dialiri air," katanya.
Artikel Terkait
Wawancara Jokowi Soal Ijazah: Solusi Tak Jelas, Keraguan Malah Mengental
Harmonisasi Rampung, Remunerasi BLUD Puskesmas Mempawah Siap Ditetapkan
Harmonisasi Gagal, Raperbup Sintang Dikembalikan Usai Bentrok dengan Aturan Retribusi
Kemenkum Kalbar dan Kesbangpol Sekadau Sepakat Sinkronkan Data Ormas dan Parpol