Bencana banjir dan longsor yang menghantam 18 kabupaten dan kota di Aceh ternyata belum benar-benar mereda. Pemerintah setempat mengakui, masih ada sejumlah lokasi yang terisolasi, sulit dijangkau oleh tim penolong.
Upaya evakuasi dan penyelamatan warga, menurut Sekda Aceh M. Nasir, tetap jadi prioritas utama. Dia yang juga memimpin Posko Komando Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi itu mengungkapkan kendala di lapangan masih sangat besar.
“Beberapa titik masih sulit diakses, terutama di Bener Meriah, Aceh Tengah, Gayo Lues, dan Aceh Tenggara,” kata Nasir, Selasa (9/12).
“Jembatan putus dan longsor membuat tim kesulitan menjangkau lokasi.”
Laporan yang diterimanya dari CSO dan warga menggambarkan situasi yang memprihatinkan. Di wilayah tengah Aceh, ancaman krisis pangan mulai nyata. Warga di Bener Meriah dan Aceh Tengah terpaksa berjalan kaki berjam-jam hanya untuk mencari bahan makanan. Banjir bandang dan tanah longsor telah memutus suplai sembako, mengurung mereka dalam isolasi.
Menghadapi itu, pemerintah tak cuma mengandalkan pergerakan darat. Mereka juga menjalankan air dropping atau penjatuhan logistik dari udara ke daerah-daerah yang jalannya rusak parah.
Tapi masalahnya tak berhenti di situ. Banyak warga yang selamat ternyata kehilangan peralatan masak. Bantuan logistik yang sampai pun belum bisa diolah dengan optimal.
“Itu sudah kami identifikasi,” ujar Nasir.
“Ke depan setiap pengiriman logistik akan kami sesuaikan, termasuk kelengkapan untuk mengolah bahan makanan.”
Artikel Terkait
Tri Tito Karnavian: Fondasi Indonesia Emas Dimulai dari Keluarga
Muhammadiyah Galang Infak Jumat untuk Korban Bencana di Sumatera
Neraka di Kemayoran: 22 Nyawa Melayang dalam Kebakaran Gedung Terra Drone
Zulfa Mustofa Buka Jalur Dialog, Rapat Gabungan PBNU Akan Tentukan Nasib Muktamar