Dalam kehidupan modern yang serba cepat, salat itu ibarat penyeimbang. Di tengah layar yang terus menyala dan notifikasi yang tak putus, salat memaksa kita untuk berhenti sejenak. Ia memutus keterikatan berlebihan dengan dunia digital, sekaligus membangun ketenangan dan fokus.
Buat anak-anak, rutinitas salat melatih disiplin, komitmen, dan manajemen waktu. Tiga hal yang sangat dibutuhkan untuk bertahan dari gempuran distraksi setiap hari.
Keteguhan Hati Menghadapi Tekanan
Masih dalam rangkaian ayat yang sama, Luqman menambahkan:
وَاصْبِرْ عَلَىٰ مَا أَصَابَكَ
“… dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu.”
Nasihat soal kesabaran ini penting banget. Hidup anak zaman sekarang nggak selalu mulus. Mereka berhadapan dengan tekanan sosial yang nyata, perundungan digital, hingga standar kecantikan dan kesuksesan yang seringkali nggak masuk akal.
Nilai sabar dan ketangguhan mental jadi benteng. Ia mengajarkan anak untuk tidak mudah goyah hanya karena cibiran atau penilaian orang lain di dunia maya.
Rendah Hati di Tengah Gebyar Media Sosial
Soal akhlak sosial, Luqman punya pesan yang jelas.
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا
“Dan janganlah engkau memalingkan muka dari manusia (karena sombong), dan jangan berjalan dengan angkuh di bumi.” (Q.S. Luqmān [31]: 18)
Ayat ini mengajarkan kerendahan hati dan adab dalam bergaul.
Lihatlah media sosial. Banyak anak (bahkan orang dewasa) terjebak dalam sikap pamer, adu gengsi, atau merendahkan orang lain. Pesan Luqman mengarahkan kita untuk tetap rendah hati, meski platform digital kerap mendorong kita untuk berlaku sebaliknya.
Hidup Sederhana Melawan Arus Konsumerisme
Terakhir, ada pesan tentang kesederhanaan.
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ
“Bersederhanalah dalam berjalan…” (Q.S. Luqmān [31]: 19)
Ini prinsip keseimbangan. Dunia digital kita penuh dengan iklan, tren fana, dan ajakan beli ini-itu. Anak perlu diajari untuk hidup sederhana.
Kesederhanaan bukan berarti menolak teknologi. Tapi lebih pada menggunakan secukupnya. Nggak semua yang viral harus diikuti, nggak semua tren baru wajib dimiliki.
Penutup
Jadi, Surah Luqman itu lebih dari sekadar nasihat orang tua. Ia adalah panduan pendidikan yang benar-benar lintas zaman. Relevansinya di era digital justru makin terasa, karena ia mengajarkan nilai-nilai dasar yang kini makin langka: ketauhidan, adab, integritas, kedisiplinan beribadah, kerendahan hati, dan kesederhanaan.
Teknologi boleh saja berkembang pesat, tapi manusia tetaplah manusia yang butuh pondasi moral sebagai kompas hidup. Surah Luqman menyediakan kompas itu. Sebuah penuntun agar hati tetap teguh, meski dunia di luar berubah dengan kecepatan yang tak terkira.
Muhammad Rifqi Rizal, Mahasiswa Jurusan Ekonomi Syariah, Universitas PTIQ Jakarta.
Artikel Terkait
Billie Eilish Berhadapan dengan Miliarder AS, Tegaskan Dukungan untuk Palestina Tak Bisa Ditawar
Sjafrie Siap Berantas Pengkhianat di Balik Tambang Indonesia
UIKA Championship 2025 Sukses Digelar, Siap Naik Kelas Jadi Ajang Internasional
Cak Imin: Banjir Sumatera Alarm Keras Kelalaian Kita pada Alam