Gelombang kritik kembali menyasar Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni. Pemicunya sederhana: latar belakang pendidikannya. Isu lama ini mencuat lagi, kali ini didorong oleh amukan banjir bandang dan longsor di sejumlah wilayah Sumatra. Bencana itu memicu desakan keras agar dia mundur dari jabatannya.
Menurut sejumlah saksi, situasi di lapangan benar-benar memprihatinkan. Bencana alam itu dianggap menyibak kelemahan serius dalam pengelolaan lingkungan hidup. Publik pun mempertanyakan, sudah tepatkah orang yang memegang tampuk di kementerian tersebut?
Sorotan utama jatuh pada ijazah Raja Juli. Banyak yang menyebut, dia tak punya latar pendidikan formal di bidang kehutanan atau lingkungan hidup sama sekali. Lalu, bagaimana bisa mengurus sektor yang begitu kompleks dan krusial?
Data resmi menunjukkan, dia adalah lulusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir dari IAIN Syarif Hidayatullah, yang sekarang jadi UIN Jakarta. Dia wisuda tahun 2001. Skripsinya sendiri membahas “Ayat-Ayat Jihad”, yang isinya mengkritik penafsiran jihad sebagai perang suci.
Jelas sekali, fokus akademisnya jauh dari hal-hal teknis seperti silvikultur atau konservasi biodiversitas. Ketidakcocokan inilah yang jadi bahan gunjingan utama.
Di media sosial, kritik makin menjadi. Bencana di Sumatra dianggap mempertegas masalah. Banyak warganet geram, menilai respons pemerintah lambat dan mitigasi yang ada minim. Mereka melihatnya sebagai cermin dari masalah yang lebih mendasar: kepemimpinan yang tak punya dasar keilmuan yang relevan.
Artikel Terkait
Muhammadiyah Galang Infak Jumat untuk Korban Bencana di Sumatera
Neraka di Kemayoran: 22 Nyawa Melayang dalam Kebakaran Gedung Terra Drone
Zulfa Mustofa Buka Jalur Dialog, Rapat Gabungan PBNU Akan Tentukan Nasib Muktamar
Banjir Sumatra Paksa Pemerintah Cabut HGU Sawit untuk Hunian dan Hutan