“Dalam dunia intelijen, pelabuhan tertutup seperti ini sangat rentan,” ujar Amir.
“Hari ini dipakai untuk industri, besok bisa untuk operasi lain yang pemerintah tidak ketahui. Itu namanya dual-use logistics.”
Konteks geopolitiknya pun makin memperumit persoalan. Morowali adalah jantung industri nikel Indonesia, mineral strategis untuk baterai kendaraan listrik yang diperebutkan global. Investasi masif China di IMIP menempatkan kawasan ini pada posisi yang sensitif. Di satu sisi, ada ketergantungan ekonomi terhadap modal dan teknologi dari sana. Di sisi lain, persaingan AS-China di bidang EV membuat setiap celah dominasi dalam rantai pasok jadi bahan analisis yang serius. Isu ini dengan cepat bisa berubah menjadi narasi bahwa Indonesia ‘kehilangan kendali’ atas wilayah strategisnya sendiri.
Menanggapi keresahan ini, Kementerian terkait sebenarnya sudah berjanji akan melakukan audit. Rencananya, akan ada penempatan personel tetap, peninjauan ulang izin dermaga, verifikasi jalur logistik, dan koordinasi dengan TNI, Polri, serta BIN. Tapi sayangnya, hingga kini hasil audit itu belum juga dibuka ke publik. Keterbukaan informasi justru jadi kunci untuk mencegah spekulasi yang makin liar.
Pada akhirnya, sorotan terhadap pelabuhan IMIP ini cermin dari tarik-ulur yang klasik: kebutuhan akan investasi asing berhadapan dengan kewajiban mutlak menjaga kedaulatan. Terutama untuk industri sepenting nikel, pengawasan negara haruslah absolut, tidak ada tawar-menawar.
Amir Hamzah menutup perbincangan dengan nada tegas.
“Negara boleh membuka diri terhadap investasi. Tapi tidak ada kompromi untuk urusan pintu masuk wilayah kedaulatan. Pelabuhan yang tidak dikendalikan negara? Itu risiko yang terlalu mahal harganya,” pungkasnya.
Artikel Terkait
Kantor Wedding Organizer Digeruduk Massa, 88 Pasangan Dikabarkan Jadi Korban Penipuan
Jurnalis Australia Robert Martin Resmi Syahadat Setelah Perjuangkan Palestina
Misteri Guru di Bogor: Tangan Terikat, Mayat Terbungkus Plastik Biru
Saat Kunci Gudang Obat Hilang, JK Beri Perintah Singkat: Tembak Gemboknya!