✍🏻 Saief Alemdar
Ada yang bilang suasana mencekam cuma ada di media sosial. Percayalah, Om, kenyataannya justru sebaliknya.
Keadaan di lapangan jauh lebih mengerikan. Kenapa? Selama seminggu pertama banjir bandang melanda Sumatera, khususnya Aceh, listrik dan jaringan komunikasi benar-benar mati. Putus total. Akibatnya, tak ada satu pun rekaman yang bisa diunggah ke medsos saat itu.
Jadi, "keseraman di timeline" yang baru kita saksikan sekitar hari keempat itu cuma secuil. Itu pun muncul setelah sinyal mulai hidup dan relawan dari luar daerah berdatangan. Kalau mau jujur, kondisi sebenarnya... jauh lebih memilukan.
Dalam bencana seperti ini, hidup bisa berubah drastis dalam sekejap. Orang yang berkecukupan tiba-tiba kehilangan segalanya. Ada yang bekerja keras sejak kecil untuk punya rumah, lalu rumah itu lenyap tersapu air. Kalau bukan karena keyakinan bahwa ada kehidupan akhirat, mungkin mereka sudah tak sanggup bertahan.
Artikel Terkait
Gubernur Aceh Ancam Cabut Izin Minimarket yang Naikkan Harga Sembako
Korban Tewas Bencana Sumatera Tembus 940 Jiwa, Ratusan Masih Hilang
Panggilan Xi-Trump dan Langkah Jepang: Taiwan dalam Pusaran Narasi Pascaperang
221 Jenazah Korban Bencana Sumatera Masih Misteri, Polri Tambah Cold Storage