Di tengah kekayaan itu, perempuan Papua punya peran ganda. Mereka adalah tulang punggung keluarga sekaligus motor penggerak ekonomi komunitas. Memang, jurang kesenjangan masih nyata dan target 2025 untuk menutupnya terasa dekat. Tapi Ribka tak kehilangan optimisme. Lihat saja buktinya: makin banyak perempuan yang duduk di kursi legislatif, baik di pusat maupun daerah.
Ia bahkan dengan bangga bercerita tentang upayanya mendobrak stigma. “Saya sudah promosikan dua perempuan pernah menjadi Pj. Bupati, karena saya ingin mengubah stigma yang selama ini, masyarakat Papua menganggap bahwa perempuan itu tidak bisa.”
Harapannya ke depan sederhana namun mendasar: kesetaraan gender, martabat, dan harga diri perempuan harus terus naik. Peran mereka terlalu vital untuk diabaikan. Mulai dari mengurus rumah tangga, menjaga anak-anak, merawat lingkungan, hingga membangun masyarakat semua saling terkait.
Acara pembukaan kongres itu sendiri dihadiri oleh sejumlah tokoh kunci. Tampak hadir Ketua Umum Cendekiawan Perempuan Papua Rosaline Irene Rumaseuw, dan juga Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat. Kehadiran mereka seperti memberi penegasan: perbincangan serius tentang peran perempuan Papua memang sedang bergulir, dan perjalanannya masih panjang.
Artikel Terkait
Latihan Maritim Bakamla RI dan India: Solidaritas di Atas Ombak Laut Jawa
Tanggung Jawab atau Kursi? Pilihan Berat Pejabat di Tengah Duka Sumatra
Tragis di Jalan Serang-Cilegon, Pemuda 19 Tahun Tewas Tertabrak Truk
PMI Kirim Bantuan Darurat ke Aceh dan Sumatera yang Terdampak Banjir