Ia melanjutkan, faktor lingkungan turut memperburuk keadaan. Belum lagi isu global warming yang mendongkrak permukaan air laut, ditambah fenomena land subsidence atau penurunan muka tanah. Kombinasi semua faktor inilah yang membuat struktur beton itu kewalahan.
"Juga global warming yang meningkatkan permukaan tinggi air laut. Juga pengaruh juga land subsidence," jelas Herisuandi.
Menunggu Solusi Permanen
Di sisi lain, Pemprov DKI sebenarnya punya rencana jangka panjang. Dinas SDA sedang menyusun detail engineering untuk membangun struktur baru yang lebih kokoh. Rencananya, proyek perbaikan permanen ini akan dimulai pada 2026 dan ditargetkan selesai setahun kemudian.
"Mudah-mudahan bisa direalisasikan pada tahun anggaran 2026 dan selesai di tahun anggaran 2027," harap Herisuandi.
Desainnya kemungkinan besar berupa penambahan tanggul di sisi luar menggunakan konstruksi spun pile teknik yang sudah ada contohnya di kawasan Pelabuhan Nizam Zachman. "Dengan konstruksi yang lebih tangguh ya, yang lebih tangguh," tegasnya.
Untuk mewujudkannya, koordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan akan segera digelar. "Pastinya Dinas SDA juga akan melakukan koordinasi pada stakeholder yang terkait. Bukan hanya Pelindo, tapi juga Nizam Zachman, mungkin juga pihak-pihak swasta di samping Pelindo juga ada Pluit Sakti Kharisma dan Bina Karya, itu juga tentu akan kami undang," pungkas Herisuandi.
Jadi, sementara karung pasir menjadi penahan darurat, warga harus bersabar menunggu solusi yang lebih solid. Masih ada waktu beberapa tahun, tapi ancaman air laut tak pernah benar-benar berhenti.
Artikel Terkait
Panglima TNI Serahkan Kunci Hunian Modern untuk 48 Keluarga Prajurit
Pekerja Asing Diciduk Bawa Serbuk Nikel dari Bandara Khusus Weda Bay
Modus Air Mineral, 600 Liter Cap Tikus Digagalkan di Pelabuhan Manado
Debt Collector Culik Ibu dan Balita Gara-gara Tunggakan Motor