Sayangnya, kita kerap lupa. Alam cenderung dianggap benda mati, bisa dieksploitasi sesuka hati untuk memuaskan ambisi yang rakus. Padahal, alam adalah ciptaan Tuhan yang punya makna mendalam.
Kalau diperlakukan semena-mena, ingatlah. Tuhan yang menciptakannya bisa menegur dengan cara yang keras: melalui musibah. Jika ini dianggap sebagai azab, dampaknya tak hanya dirasakan oleh si perusak. Semua orang di wilayah itu akan merasakan akibatnya.
Karena itulah, saling menasihati untuk kebaikan jadi sangat relevan. Mengingatkan agar tak melakukan perbuatan buruk, bisa jadi cara kita mengindarkan diri dari bencana.
Di sisi lain, manusia modern kerap lupa asal-usulnya. Melupakan nenek moyang yang punya adat dan budi luhur dalam menjaga harmoni. Sekarang, banyak yang bertindak hanya untuk melipatgandakan kapital. Dampaknya? Diabaikan.
Perilaku egois yang menyedihkan ini sering kali dibungkus dengan dalih pembangunan. Mari kita sadar. Sebelum semuanya benar-benar musnah.
Artikel Terkait
Pernikahan Tertunda, Dua Aktivis Lingkungan Ditahan Usai Diduga Dibuntuti
Aksi Beras di Hutan Picu Gelombang Sindiran untuk Zulkifli Hasan
Gunungan Cangkang Kerang di Utara Jakarta: Ancaman Kesehatan yang Mengendap
Korban Tewas Banjir-Longsor Sumatera Tembus 836 Jiwa, 509 Masih Hilang