Derasnya air yang tiba-tiba meluap di Aceh Tamiang bukan main. Wilayah ini, kalau mau jujur, jadi yang paling menderita akibat banjir bandang dan tanah longsor yang menggila sejak Rabu kemarin. Dua belas kecamatan sekaligus terendam.
Yang bikin ngeri, arusnya begitu kuat. Motor, mobil, bahkan truk tangki pun tak berkutik, hanyut terbawa arus coklat pekat. Sekarang, kendaraan-kendaraan itu teronggok begitu saja ada yang tersangkut di pohon, ada yang terbalik, dalam kondisi rusak parah.
Untungnya, air mulai perlahan-lahan surut. Meski begitu, yang tersisa bukanlah pemandangan yang mudah. Lumpur tebal mengeras di mana-mana, bercampur dengan puing-puing material dan sampah yang dibawa banjir. Pekerjaan bersih-bersih tampaknya masih panjang.
Bencana ini sebenarnya tak cuma melanda Aceh. Menurut sejumlah laporan, tiga provinsi di Sumatera ikut merasakan dampaknya. Pemicunya adalah cuaca ekstrem, yang katanya didorong oleh badai siklon Senyar di akhir November lalu.
Di sisi lain, ada secercah kabar baik. Wilayah-wilayah yang semula terisolasi total, kini mulai bisa diakses. Jalan-jalan perlahan dibuka. Artinya, pengiriman bantuan logistik dan upaya pencarian korban bisa lebih maksimal dijalankan. Warga yang terdampak, setidaknya, bisa mulai melihat titik terang.
Artikel Terkait
Prudential Turun ke Kampus, Bekali Mahasiswa Hadapi Godaan Pinjol dan Judi Online
Kadisporapar Kalbar Bawa Aspirasi Atlet ke Kantor Staf Kepresidenan
Idealisme yang Tergadaikan: Saat Harga Diri Dipertaruhkan di Tengah Kemajemukan
Bupati Aceh Utara Menangis di Depan Media: Kami Sudah Tak Sanggup Lagi