kata Mu’ti.
“Untuk memastikan bahwa sastra diajarkan, mungkin bisa diusulkan namanya nanti pelajaran ‘Bahasa dan Sastra Indonesia’. Mungkin bisa begitu. Untuk memastikan bahwa sastra termasuk di dalam pembelajaran Bahasa Indonesia,”
lanjutnya.
Ia menegaskan, usulan ini muncul karena banyak masukan dari berbagai pihak yang khawatir sastra semakin terpinggirkan.
Kekhawatiran Anggota DPR: Bahasa Indonesia Tergerus Gadget
Dalam rapat yang sama, anggota Komisi X DPR dari PKB, Habib Syarief, menyoroti penurunan kualitas berbahasa di kalangan pelajar. Menurutnya, gadget punya andil besar dalam menciptakan bahasa-bahasa baru yang tidak sesuai kaidah.
Ia mendorong Kemendikdasmen untuk mengkaji ulang pendekatan pedagogis dalam pengajaran Bahasa Indonesia. “Nampaknya selain kurikulum, Kemendikdasmen perlu ada satu kajian khusus tentang bagaimana pedagogisnya, cara mengajarkan Bahasa Indonesia yang baik,”
tambahnya.
Habib juga menyayangkan makin hilangnya perhatian generasi muda terhadap sastra. Menurutnya, akses terhadap buku-buku klasik semakin minim, dan itu merupakan kerugian besar.
“Nah, mudah-mudahan ini bisa dikaji kembali. Dan anak-anak sekarang banyak yang tidak tahu, ya. Itu adalah sebuah kerugian besar,”
tutupnya.
Artikel Terkait
Badrodin Haiti Buka Suara soal Eks Polisi yang Bekerja di Korporasi Swasta
Al Gore dan Gelombang Baru: Ketika Isu Iklim Menemukan Narator Global
Laju KRL Jogja-Solo Tembus 4,4 Juta Penumpang, Libur Akhir Tahun Picu Gelombang Baru
BNNP DIY Endus Laboratorium Rahasia Produksi Narkoba di Yogyakarta