Di lapangan, situasinya justru lebih parah dari sekadar angka-angka. Tareq Abu Azzoum, wartawan di Gaza, menggambarkan gencatan senjata ini hanya "gencatan senjata dalam nama" saja.
"Pada kenyataannya, meskipun ada pengumuman jeda, pasukan Israel melakukan serangkaian serangan udara di Gaza," lapor Azzoum.
Serangan seperti ini, lanjutnya, memperkuat keyakinan bahwa kesepakatan Gaza diperlakukan sebagai penarikan taktis belaka. Bukan komitmen mengikat yang sejati.
Masalahnya tak berhenti di serangan langsung. Israel juga dituding membatasi aliran bantuan dan pasokan medis yang sangat dibutuhkan warga Gaza. Padahal, inilah napas kehidupan bagi mereka yang bertahan.
Yang lebih mengkhawatirkan, militer Israel dilaporkan memposisikan kembali pasukannya lebih dalam ke wilayah kantong tersebut. Mereka melampaui "garis kuning" yang seharusnya menjadi batas. Akibatnya, puluhan keluarga Palestina terkepung di Gaza Utara.
Tragedi yang Tak Berakhir
Tragedi kemanusiaan ini punya wajah yang lebih kelam lagi. Dari jenazah-jenazah warga Palestina yang dikembalikan Israel sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata, terungkap cerita mengerikan.
Dari 330 jenazah yang dikembalikan, baru 90 yang berhasil diidentifikasi. Banyak dari jenazah tersebut menunjukkan tanda-tanda penyiksaan, mutilasi, dan eksekusi.
"Kami mengandalkan fotografi forensik dan observasi keluarga. Kami menghadapi kesulitan yang luar biasa," ujar juru bicara Departemen Bukti Forensik Gaza.
Dia pun menyerukan kepada badan-badan internasional untuk menyediakan peralatan yang memadai untuk proses identifikasi. Sebuah permintaan yang sederhana, tapi berarti segalanya bagi keluarga yang masih mencari orang-orang mereka yang hilang.
[Video: Proses penggalian korban di reruntuhan Gaza]
Di tengah semua ini, satu hal yang jelas: gencatan senjata hanyalah kata-kata indah. Di tanah Gaza, perang masih berlangsung. Hanya bentuknya yang berbeda.
Artikel Terkait
Ray Rangkuti Desak Interpol Turun Tangan Buru Buronan Kasus Korupsi Pertamina
Drama Legend of the Magnate Siap Hadirkan Epik Bisnis Dinasti Qing
Kapolda Riau Serukan Keadilan bagi Gajah di Tengah Aksi Tolak Relokasi Tesso Nilo
Kajian Remaja Bandung Ungkap Kekosongan di Balik Gaya Hidup Kekinian