ucap salah satu pekerja sambil tersenyum. Dalam sehari, tiap orang bisa menangani 10 sampai 15 pesanan. Mulai dari mengganti sol sepatu hingga memperbaiki pakaian yang sobek. Tidak semua hasilnya masuk ke kantong mereka sendiri. Sebagian pendapatan harus disetorkan ke pemilik lapak sebagai biaya tempat.
Namun begitu, mereka merasa jauh lebih aman bekerja bersama di sini ketimbang membuka usaha sendiri. Ruangnya memang terbatas, tapi sistem yang sudah berjalan puluhan tahun ini memberi rasa tenang.
Di sisi lain, risiko usaha mandiri dinilai cukup besar. Mulai dari urusan keamanan lokasi hingga susah payah mencari pelanggan baru. Itulah mengapa, bagi mereka, bekerja berkelompok di lapak ini tetap menjadi pilihan yang paling masuk akal dan menguntungkan.
Artikel Terkait
Lembah Suhita Ramai-Ramai Tanam Kaliandra, 350 Relawan Serukan Kolaborasi Lingkungan
Dua Tersangka Perdagangan Manusia di NTT Jebak Korban Jadi ART Ilegal di Batam
43 Ormas di Yogyakarta Beroperasi Tanpa Izin Resmi
Kalbar Gelar Pelatihan Paralegal untuk Perkuat Layanan Hukum di Desa