Kisah Holland Taylor: Wajah Asing di Balik Layar PBNU yang Bikin Garang

- Senin, 24 November 2025 | 09:20 WIB
Kisah Holland Taylor: Wajah Asing di Balik Layar PBNU yang Bikin Garang

Rekam Jejak & Pengaruh Holland Taylor di NU

Holland bukan tokoh biasa. Dia berada di balik gerakan besar yang mengarahkan NU ke panggung global. Setidaknya ada empat peran utamanya.

(A) Arsitek Gerakan “Islam Moderat” NU Internasional

Dialah yang membangun konsep-konsep seperti Humanitarian Islam, Shared Civilizational Values, dan narasi “Islam ramah, bukan marah”. Seluruh dokumen strategis itu lahir dari lembaga yang ia dirikan bersama para kiai.

Gaya kampanyenya sangat progresif. Banyak dipuji kalangan Barat, tapi juga dikritik sebagian umat Islam karena dianggap mempromosikan agama yang “jinak”, mengurangi artikulasi syariat, dan mendowngrade gerakan pro-syariah.

(B) Perang Ideologis Melawan “Islam Radikal”

Sejak 2000-an, Holland memposisikan diri sebagai lawan keras kelompok Islam politik. Lewat buku The Illusion of an Islamic State yang ditulis bersama Gus Dur dan kiai-kiai NU, ia mengkampanyekan bahwa gerakan penegakan syariat berpotensi mengancam pluralisme.

Dia membingkai kelompok pro-khilafah sebagai ancaman keamanan, dan mendorong negara serta jejaring internasional untuk melawan politik identitas Islam. Jejaring global think tank anti-radikalisme yang dibangunnya dekat dengan Barat, dan ia gencar mempromosikan Islam Nusantara sebagai alternatif bagi dunia Muslim.

Di ujung kontroversi, sebagian kiai dan pengamat berani menyamakannya dengan Snouck Hurgronje tokoh Belanda yang dulu menyamar sebagai Muslim dengan nama Abdul Ghofur. Snouck mempromosikan ideologi anti-syariat, anti-jihad, dan politik pecah belah sesama Muslim agar umat Islam sibuk bertengkar internal dan lupa memerangi Belanda.

Holland Taylor dianggap memakai kedekatan dengan tokoh NU untuk mengarahkan Islam Indonesia ke agenda pluralisme ala Barat. Ia dituding mengembosi gerakan Islam yang mendorong penerapan syariat, bahkan membentuk cara pikir generasi muda NU agar memusuhi gagasan negara Islam dan piagam syariat.

Banyak yang melihatnya sebagai sosok yang “mengatur dari belakang layar” dalam isu moderasi, deradikalisasi, dan politik global NU.

Kontroversi ini membuat publik sadar bahwa:

Ada jejaring asing yang sudah terlalu dalam menyusup ke tubuh PBNU. Tokoh seperti Holland Taylor ternyata memegang posisi penting yang tak banyak diketahui jamaah awam. Program moderasi, pluralisme, dan agenda internasional PBNU mungkin tidak sepenuhnya murni dari dalam, tapi ikut diarahkan oleh aktor luar.

Maka wes wayahe. Sudah saatnya NU bersih-bersih. Kembali ke khittah. Kembali memperjuangkan aspirasi umat, kembali memperjuangkan Piagam Jakarta, syariat Islam di bumi Indonesia. Bukan jadi corong ideologi Barat yang pro-demokrasi liberal, feminis, moderasi beragama, dan akidah-akidah menyimpang lainnya.

(fb NGOPIDIYYAH)


Halaman:

Komentar