- Tagline ingin "menghidupkan kembali Gus Dur", tapi sikap kritis justru hilang entah ke mana.
- Mengaku ingin "governing NU", sementara tata kelola PBNU sendiri remuk redam.
- Bendera khittah dikibarkan, tapi malah tercebur dalam kubangan dukung-mendukung Pilpres.
- Mengaku berkhidmat untuk bangsa, eh malah gaduh sendiri soal tambang.
- Bicara ingin membangun peradaban dunia, yang diundang justru tokoh zionis perusak peradaban.
Satu Abad NU seharusnya jadi momen kejayaan. Nyatanya? Dilewati dengan perih dan prihatin yang menyesakkan dada.
Pertanyaannya: sampai kapan kondisi jam'iyyah dibiarkan begini?
Al-fatihah untuk Hadratus Syekh Mbah Hasyim Asy'ari dan para muassis NU lainnya.
Tabik,
Nadirsyah Hosen
Artikel Terkait
Kerangka Bocah di Pesanggrahan Diduga Alvaro, Satu Tersangka Diamankan
Nyaris Tabrak, Ricuh Berujung Tusukan di Tomohon
Underpass Kentungan Kembali Normal, Genangan Air Berhasil Ditangani
Kisah Pilu Ibu Hamil di Papua: Ditolak Empat Rumah Sakit, Nyawa dan Janin Tak Tertolong