Gelombang protes ternyata bergulir di tubuh Nahdlatul Ulama. Organisasi Islam terbesar di Indonesia ini sedang dilanda gejolak internal yang cukup serius.
Yahya Cholil Staquf, sang ketua, kini berada dalam posisi yang sulit. Ia didesak untuk mundur dari jabatannya. Pemicunya? Keputusannya mengundang seorang akademisi asal Amerika Serikat, Peter Berkowitz, ke sebuah acara internal NU bulan Agustus lalu. Yang jadi masalah, Berkowitz dikenal luas sebagai sosok yang vokal mendukung Israel.
Menurut sejumlah laporan, pimpinan NU sudah memberi waktu tiga hari pada Staquf untuk mengajukan pengunduran diri secara sukarela. Jika tidak, ia terancam dicopot dari posisinya.
Desakan ini tak main-main. Organisasi yang mengklaim punya sekitar 100 juta anggota dan afiliasi ini menyebut undangan Staquf kepada pihak yang "berafiliasi dengan jaringan Zionisme internasional" sebagai alasan utama. Di sisi lain, ada juga tuduhan soal pengelolaan keuangan yang tidak beres, meski rinciannya belum sepenuhnya jelas.
Artikel Terkait
Diaspora Diperintah Pulang, Malah Berakhir di Balik Jeruji
dr. Tifa Buka Suara soal Pergantian Kuasa Hukum di Tengah Sorotan Media
Reputasi di Ujung Tanduk: Ketika CSR Berubah Jadi Bumerang bagi Korporat
Gempa Dangkal Guncang Parigi Moutong di Pagi Buta