Trump dan Mamdani: Saat Musuh Bebaskan Diri dari Jerat Reagan

- Sabtu, 22 November 2025 | 13:20 WIB
Trump dan Mamdani: Saat Musuh Bebaskan Diri dari Jerat Reagan

Baik Partai Republik maupun Demokrat selama ini sepakat dalam hal ini. Yang mereka perselisihkan biasanya cuma isu-isu sosial macam LGBTQ atau hak aborsi. Tapi dalam soal ekonomi dan geopolitik, nyaris tak ada beda.

Namun konsensus itu mulai retak parah pasca Krisis Keuangan Global 2008–2009. Masyarakat mulai mempertanyakan sistem lama, menuntut perbaikan ekonomi yang lebih adil. Di sinilah Trump muncul dan dalam waktu singkat mengubah Partai Republik dari partai globalis menjadi partai nasionalis.

Sementara itu, di kubu Demokrat, meski masih memegang teguh neoliberal-globalisme, gelombang pemberontakan dari dalam mulai tak terbendung. Kaum sosialis seperti Mamdani menantang kemapanan partai yang masih berpegang pada ideologi lama.

Kemenangan Mamdani meski dirayakan sebagai kemenangan Demokrat, sebenarnya bikin cemas para petinggi partai yang anti-sosialisme. Mereka kini sedang mempersiapkan Gavin Newsom, Gubernur California, sebagai calon presiden berikutnya. Newsom mewakili Generasi X yang masih setia pada neoliberal-globalisme berbeda dengan Generasi Y dan Z yang mulai condong ke nasionalisme atau sosialisme.

Kubu sosialis pasti akan melawan. Apalagi jika hasil pemilu paruh waktu tahun depan memberi mereka lebih banyak kursi, perpecahan internal di Partai Demokrat dipastikan makin mengeras.

Jadi, ketika Trump bilang punya banyak kesamaan dengan Mamdani, itu bukan omong kosong. Meski berasal dari kutub ideologi berbeda, mereka sama-sama memusuhi "kaum neoliberal-globalis" yang selama ini mendominasi panggung politik Amerika.

Bisa jadi, sikap ramah Trump kepada Mamdani adalah bagian dari strategi memecah belah Demokrat dari dalam.

Saya sendiri sangat menyukai foto pertemuan mereka. Ada simbol kuat di sana: di belakang Mamdani dan Trump, tergantung potret Ronald Reagan, presiden yang dulu mengarusutamakan neoliberal-globalisme.

Reagan adalah simbol hegemoni Amerika era 1990-an hingga 2000-an. Kini, warisannya digerogoti dari dua sisi: kaum nasionalis kanan dan sosialis kiri.

Sayangnya, sudut pandang political economy seperti ini jarang dibahas di Malaysia. Kita lebih sering mendengar narasi konspirasi tentang Yahudi, Freemason, atau Illuminati.

Karena itulah saya sedang menyiapkan buku GEOEKONOMI yang akan mengupas perspektif ini lebih mendalam. Makanya, belakangan saya jarang berkomentar panjang di Facebook.

(fb)


Halaman:

Komentar