BIN–Australia–Timor Leste Jalin Kolaborasi Intelijen, Pengamat: Sinyal Baru Geopolitik Indo-Pasifik

- Rabu, 19 November 2025 | 09:25 WIB
BIN–Australia–Timor Leste Jalin Kolaborasi Intelijen, Pengamat: Sinyal Baru Geopolitik Indo-Pasifik

Australia, yang semakin dekat dengan blok keamanan AUKUS dan memperkuat postur militernya di kawasan Indo-Pasifik, dinilai melihat Indonesia sebagai mitra kunci dalam menjaga stabilitas jalur pelayaran internasional. Sebaliknya, Indonesia membutuhkan akses informasi dari Australia terkait aktivitas militer negara besar di kawasan.

Sementara itu, kerja sama dengan Timor Leste disebut Amir berada dalam koridor yang berbeda, yaitu lebih pada pembinaan dan penguatan kapasitas sumber daya manusia.

“Timor Leste adalah negara muda yang membutuhkan dukungan Indonesia dalam membangun sistem intelijennya. Mereka membutuhkan pelatihan sumber daya manusia, dan Indonesia memiliki semua fasilitas untuk itu, termasuk Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN),” ungkapnya.

Amir merinci manfaat kerja sama ini bagi kedua belah pihak. Bagi Indonesia, kerja sama ini penting untuk menjaga stabilitas kawasan Nusa Tenggara dan perbatasan dengan Timor, mencegah infiltrasi sindikat kriminal, serta menguatkan pengaruh diplomatik dan keamanan. Sementara bagi Timor Leste, kerja sama ini memberikan akses pendidikan dan pelatihan intelijen profesional, memperkuat kapasitas keamanan nasional, dan memperbaiki hubungan struktural dengan Indonesia.

“Ini adalah bentuk soft power Indonesia di kawasan, sekaligus investasi jangka panjang dalam menciptakan lingkungan keamanan yang stabil,” tambah Amir.

Amir Hamzah menyimpulkan bahwa kerja sama intelijen trilateral ini merupakan bagian dari strategi besar Indonesia menghadapi dinamika geopolitik Indo-Pasifik. Ia merangkum tiga makna strategisnya: memperkuat ketahanan nasional menghadapi kejahatan lintas negara, menegaskan posisi Indonesia sebagai pemain utama di kawasan, serta menghadapi dinamika Laut China Selatan dengan pendekatan realistis.

“Kerja sama ini bukan tanda ketergantungan, melainkan tanda bahwa Indonesia melihat ancaman dengan kacamata strategis dan modern, bukan emosional,” tutupnya.


Halaman:

Komentar