Indonesia, tegas Sutoyo, sedang terjebak dalam sebuah drama kolosal dimana moral dan keadilan bukan lagi nilai, melainkan komoditas jualan. Hanya ada dua pilihan: ikut sebagai budak atau melawan dan terancam.
"Benar-benar pemimpin tolol jika menjual moral, kearifan, dan kebajikan di atas lapak kebohongan. Mereka mengemasnya dengan sinetron atau teater penghianatan dan penghakiman moral dengan arogan, seolah-olah menjadi juru selamat. Merasa sudah seperti Fir'aun," tegasnya.
Sutoyo memperingatkan bahwa Indonesia telah memasuki fase "Kiamat Sughro" atau kiamat kecil, yang perlahan tapi pasti mendekati "Kiamat Kubra" menuju jurang kehancuran. Penyebabnya adalah keangkuhan dan sifat serakah berebut kekuasaan, sambil mengabaikan rambu-rambu yang diletakkan para pendiri bangsa.
"Kiamat Sughro bagi Indonesia ditandai dengan korupsi yang merajalela, kerusakan moral, kekacauan sosial, pertengkaran sehari-hari, serta hilangnya norma dan tatanan kehidupan bersama yang normal," ungkapnya.
Di akhir pernyataannya, Sutoyo menekankan bahwa kunci penyelamatan negara adalah dengan kembali kepada Pancasila dan UUD 1945 yang asli. Namun, hal ini masih diabaikan, seolah menunggu Indonesia porak-poranda atau bahkan bubar.
Artikel Terkait
Meksiko Beri Sinyal Tegas ke AS: Tidak Akan Terima Intervensi Militer Apapun
Warga Temukan Perempuan Hilang di Kolong Pondok Kebun Melawi
Hari Ketujuh Pencarian, 1.001 Personel Berjuang di Reruntuhan Longsor Cilacap
Kemenkum Kalbar Dukung Penuh Akreditasi Magister Hukum UPB Pontianak