Kisah perjalanan mereka terungkap dari salah seorang penumpang, Loay Abu Saif, yang bepergian bersama istri dan anaknya. Abu Saif mengaku tidak mengetahui bahwa tujuan akhir mereka adalah Afrika Selatan. Menurut pengakuannya, militer Israel memfasilitasi keberangkatan mereka melalui bandara di Israel.
Abu Saif baru menyadari bahwa pesawat akan menuju Johannesburg saat akan melanjutkan penerbangan dari Nairobi. Keluarganya mendaftar perjalanan ini melalui sebuah lembaga nirlaba bernama Al-Majd Europe yang berkantor pusat di Jerman dan memiliki kantor perwakilan di Yerusalem. Lembaga ini membuka pendaftaran via media sosial.
Setiap peserta dikenakan biaya antara 1.400 hingga 2.000 Dolar AS per orang, termasuk untuk bayi dan anak-anak. Sebelum berangkat, mereka hanya diizinkan membawa dokumen relevan tanpa koper pribadi. Mereka diangkut dengan bus dari Rafah menuju Bandara Ramon Israel melalui titik pemeriksaan Karem Abu Salem.
Rencana Selanjutnya dan Kemungkinan Tujuan Negara Lain
Menurut Abu Saif, lembaga Al-Majd Europe hanya akan memberikan bantuan selama satu hingga dua minggu, setelah itu mereka harus mandiri. Namun, sekitar 30 persen dari penumpang lainnya dikabarkan telah memiliki dokumen untuk melanjutkan perjalanan ke negara lain seperti Australia, Indonesia, atau Malaysia.
Alasan utama mereka meninggalkan Gaza adalah karena perhitungan biaya hidup di negara tujuan dinilai lebih terjangkau dibandingkan di Gaza, selain juga untuk mendapatkan akses perawatan kesehatan yang lebih baik.
Informasi mengenai rencana sebagian warga Palestina untuk masuk ke Indonesia masih dalam proses pengecekan kebenarannya oleh pihak berwenang.
Artikel Terkait
KPK Usut Dugaan Korupsi Lahan Proyek Kereta Cepat Whoosh: Modus dan Fakta Terbaru
Pengeroyokan dan Pembacokan di Acara Musik Underground Kota Batu, 2 Korban Dilarikan ke RS
Konferensi Kota Toleran 2025: Kolaborasi 27 Daerah Wujudkan Ekosistem Toleransi
Krisis Pangan di Gaza: Warga Antre Berjam-jam Demi Sepotong Roti