"Ada bukti kerusuhan terorganisir yang terjadi. Kami mengamankan demokrasi, kami mengamankan aturan hukum," katanya, dalam keterangan kepada wartawan, dikutip Kamis (11/1/2024).
Sementara itu, Kedutaan Besar Amerika Serikat di Port Moresby mengatakan, polisi telah kembali bekerja seperti biasa, sejak terlibat aksi pemogokan massal, pada Rabu (10/1/2024).
Meski demikian, situasi keamanan di Papua Nugini tetap mencekam.
Baca Juga: Tendang Motor Begal Kabur, Warga Tangsel Disabet Celurit hingga Usus Terburai
"Ketenangan relatif dapat berubah pada saat pemberitahuan sesaat," kata sebuah pernyataan Kedutaan Besar Amerika Serikat.
Melihat situasi di Papua Nugini yang memburuk, Perdana Menteri Australia Anthony Albanese mengatakan, pihak Komisi Tinggi negara terus memantau situasi dan perkembangan di Papua Nugini.
Hingga detik ini, Canberra mengaku, pihaknya belum menerima permintaan bantuan tambahan keamanan dari Papua Nugini.
Untuk diketahui, kerusuhan yang terjadi di Papua Nugini telah meluas menjadi penjarahan dan pembakaran. Kerusuhan ini dipicu oleh pemotongan gaji polisi dan PNS di negeri itu hingga 50 persen.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: harianmassa.id
Artikel Terkait
Trump Siap Tawarkan Jet F-35 dalam Pertemuan Bersejarah dengan Putra Mahkota Saudi
MBS Terima Surat Rahasia Iran Sebelum Bertemu Trump: Apa Isi dan Maksudnya?
Ancaman Operasi Militer AS ke Venezuela: Maduro Peringatkan Gaza Baru di Amerika Selatan
Pemain Sepak Bola Israel Ditangkap Diduga Rudapaksa Turis AS, Netizen Geram!