Ia berulang kali menolak dan menegaskan bahwa dirinya adalah perempuan, yang tak mungkin melakukan tantangan seperti bertelanjang dada. Tapi penolakannya diabaikan.
Menurut narasi yang beredar, karena permainan dilakukan secara tim, korban sering sengaja dijatuhkan dan dibuat kalah. Setiap kali kalah, 'dare' yang diterimanya semakin tak pantas dan mengarah pada pelecehan.
"Sampai akhirnya korban dipaksa untuk membuka baju oleh para pelaku," tulis akun tersebut.
Keadaan pun jadi mencekam. Tangan dan kaki korban dipegang erat, mulutnya ditutup, sementara para pelaku berusaha membuka paksa bajunya. Mereka bahkan melontarkan kata-kata verbal yang menyinggung, dengan dalih bercanda dan sportivitas permainan.
Dengan sisa tenaga, korban berusaha melawan. Ia berteriak meski mulutnya tertutup, menjambak, menggigit, mencakar, dan berontak mati-matian untuk melepaskan diri dari cengkeraman para pelaku.
Saat ini, kasus ini telah diambil alih oleh Satgas UNS untuk diusut tuntas. Para pelaku disebut-sebut telah menyampaikan permintaan maaf kepada publik. Tapi, tentu saja, permintaan maaf tak serta merta menghapus luka dan trauma yang diderita korban. Insiden ini menjadi pengingat pahit betapa rapuhnya rasa aman, bahkan dalam sebuah permainan yang dianggap remeh.
Artikel Terkait
Olla Ramlan Bongkar Alasan di Balik Gaya Jalannya yang Dikomentari Netizen
Febby Rastanty Ungkap Harapan Besar Jelang 2026: Semoga Semua Mimpi Tercapai
Sherina Munaf Dikejar Pertanyaan Pengacara di Sidang Penjarahan Uya Kuya
Viann Zhang Kini: Melukis, Menikah, dan Melupakan Rivalitas dengan Fan Bingbing