Namun begitu, benang merah seni akhirnya mempertemukan mereka. Saat liburan sekolah, Damar kerap diajak Epy ke kampus sang ayah dulu, Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Dari situlah ketertarikannya tumbuh. Tak heran, setelah lulus SMA, Damar memutuskan untuk melanjutkan studi di IKJ, mengambil jurusan teater, mengikuti jejak ayahnya.
“Mulai di situ lah diperkenalkan seni… Di situ mulai pengen dekat terus,” lanjut Damar tentang proses pendekatan mereka.
Sayangnya, waktu tak berpihak. Damar sama sekali tak menyangka sang ayah akan pergi begitu cepat. Di rumah sakit, harapan masih menggelora. Ia terus berdoa agar kondisi Epy membaik.
“Waktu di rumah sakit masih berharap sembuh,” ujarnya.
Tapi takdir berkata lain. Kondisi Epy terus merosot setelah organ vitalnya gagal berfungsi dan terjadi penyumbatan di pembuluh darah batang otak. Kenyataan pahit itu pun harus diterima. Saat memandikan jenazah ayahnya, Damar masih seperti tak percaya.
“Nggak nyangka juga sampai kemarin di rumah sakit dinyatakan telah tiada. Waktu mandiin almarhum Papa ini beneran nggak sih,” ungkapnya dengan nada pilu.
Kini, yang tersisa adalah kenangan dan satu impian yang tertunda. Kolaborasi yang diidam-idamkan Epy Kusnandar bersama anak pertamanya itu, selamanya akan menjadi cerita yang tak terselesaikan.
Artikel Terkait
Yoo Yeon Seok dan Seo Hyun Jin Siap Buka Rahasia Gelap dalam Liar
Setelah Jatuh di Miss Universe, Miss Jamaika Ungkap Masa Pemulihan dan Kontroversi yang Menyusul
Keluarga Ungkap Detik-Detik dan Pesan Terakhir Epy Kusnandar
Tiara Bersejarah dan Pesona Putri Eulalia di Pesta Debut Bergengsi Paris