Semuanya berlangsung cepat. Pada Rabu itu juga, Epy ditemukan tak sadarkan diri di bawah tempat tidurnya. Ia langsung dilarikan ke RSPON. Hasil pemeriksaan mengejutkan: ada penyumbatan parah di otaknya.
Yang membuat hati semakin sesak, kondisi ini sebenarnya masih bisa ditangani. Andai saja terdeteksi lebih awal.
"Kalau periksa dan taunya ada penyumbatan, itu bisa dioperasi, karena masih sehat. Sekarang sudah benar-benar tertutup penyumbatnya," tutur Damar dengan nada kecewa.
Sudah terlambat. Penyumbatan telah menutup total, membuat tindakan medis apa pun tak lagi memungkinkan. Di ruang perawatan, Epy sempat bertahan beberapa jam dengan bantuan alat. Keluarga dan kerabat terdekat mengelilinginya.
Namun takdir berkata lain. Jantungnya berhenti berdetak di tengah mereka yang mencintainya.
"Akhirnya di pukul 14.24 WIB dinyatakan detak jantung berhenti dan napas berpulang," papar Damar di rumah duka kawasan Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Kabar duka ini meninggalkan duka yang dalam. Bukan hanya karena kepergiannya yang mendadak, tapi juga karena seharusnya masih ada kesempatan. Epy Kusnandar pergi, meninggalkan kenangan lewat setiap peran dan tawanya, serta sebuah pelajaran tentang waspada akan sinyal tubuh sendiri.
Artikel Terkait
10 Lagu Natal Abadi yang Mengiringi Ibadah hingga Perayaan Keluarga
Song Seung Heon Sambangi Jakarta, Sapa Penggemar dengan Sederhana dan Hangat
Stafsus Prabowo Dihantam Kritik karena Vlog Estetik di Tengah Lokasi Bencana
Dari TKW ke Buronan Narkoba, Suami: Kami Tak Tahu Apa-Apa