Geminid 2025: Kilatan Meteor yang Menjaga Langit Menurut Al-Quran

- Minggu, 14 Desember 2025 | 15:15 WIB
Geminid 2025: Kilatan Meteor yang Menjaga Langit Menurut Al-Quran

Langit malam pertengahan Desember nanti punya janji spektakuler: hujan meteor Geminid. Puncaknya diperkirakan terjadi pada 13-14 Desember 2025, dan fenomena tahunan ini sudah jadi sorotan banyak orang. Kabar baiknya, kita di Indonesia juga berkesempatan menyaksikannya, asal langit cerah dan bebas awan.

Uniknya, Geminid ini bukan berasal dari komet seperti kebanyakan hujan meteor lain. Ia justru muncul dari jejak debu asteroid 3200 Phaethon. Menurut NASA, Phaethon berperilaku mirip komet saat mendekati Matahari, lalu meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Setiap Desember, Bumi melintasi jalur debu itu.

Saat partikel sebesar butiran pasir itu menghantam atmosfer kita dengan kecepatan luar biasa sekitar 35 kilometer per detik ia terbakar dan menciptakan kilatan cahaya yang kita sebut meteor. Geminid dikenal sebagai salah satu hujan meteor paling produktif dan konsisten. Di langit gelap tanpa polusi cahaya, Anda bisa melihat 100 hingga 120 meteor melintas per jam. Warnanya pun beragam, mulai dari putih, kuning, sampai kehijauan, tergantung komposisi mineral yang terbakar.

Namun begitu, jumlah yang terlihat di Indonesia tentu bergantung pada kondisi lokal. Awan mendung atau cahaya bulan yang terang bisa mengurangi pemandangan yang seharusnya dramatis itu.

Lalu, bagaimana sebenarnya pandangan Islam mengenai fenomena bintang jatuh atau meteor ini?

Bukan Sekadar Pertunjukan Cahaya

Dalam Al-Qur'an, fenomena ini disebutkan dalam beberapa ayat, bukan sebagai pertanda mistis, tetapi punya fungsi yang jelas. Ibnu Qatadah, seperti dikutip dalam Tafsir Ibnu Katsir, menyebutkan bintang-bintang diciptakan untuk tiga hal: sebagai perhiasan langit, sebagai pelempar setan, dan sebagai petunjuk arah.

Surat Al Mulk ayat 5, misalnya, menyatakan:

“Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.”

Penjelasan dalam Tafsir Ibnu Katsir menyebutkan, yang digunakan untuk melempari setan itu adalah nyala api bisa jadi lebih kecil dari bintang itu sendiri yang berasal darinya.

Kisah tentang fungsi “penjagaan” langit ini juga kuat di Surat Al-Jin. Ayat 8-9 menceritakan pengakuan jin yang mencoba menyusup ke langit, namun mendapatinya penuh dengan penjagaan ketat dan “panah-panah api”.

“Dan sesungguhnya kami telah mencoba mengetahui (rahasia) langit, maka kami mendapatinya penuh dengan penjagaan yang kuat dan panah-panah api...”

Ayat ini sering dikaitkan dengan turunnya Al-Qur'an. Allah mengamankan langit dari upaya setan mencuri dengar wahyu, dengan mengutus penjaga dan bintang-bintang meteor yang siap menghalau mereka.


Halaman:

Komentar