Di sisi lain, Budi tak menampik adanya tantangan besar soal pembiayaan. Bantuan kesehatan global yang kian menipis memaksa negara berkembang seperti Indonesia untuk berpikir mandiri. Mereka harus merancang arsitektur pendanaan yang lebih kokoh, tidak bergantung pada pihak luar.
Ia lalu memberi contoh nyata tentang pentingnya bertindak cepat. Ambil saja kasus vaksinasi HPV untuk mencegah kanker serviks. Menunda program percepatan vaksinasi ini, menurutnya, konsekuensinya sangat fatal.
“Menunda lima tahun berarti lebih dari 30.000 perempuan Indonesia meninggal setiap tahun akibat kanker serviks. Kalau kita percepat satu tahun, kita dapat menyelamatkan puluhan ribu nyawa,” papar Budi dengan nada serius.
Forum IHPM 2025 sendiri dihadiri beragam pemangku kepentingan. Mulai dari mitra bilateral, multilateral, lembaga filantropi, sampai akademisi dan pelaku usaha. Pertemuan ini diharapkan bisa mengonsolidasikan dukungan untuk peta jalan transformasi kesehatan Indonesia hingga tahun 2030. Sebuah agenda ambisius, tapi terasa mendesak untuk segera diwujudkan.
Artikel Terkait
Gusti Bendara: Menjembatani Tradisi Keraton dan Tuntutan Zaman di Ujung Jari
Waspadai Cek Palsu: Begini Cara Membedakannya dengan Mudah
Kekayaan Rp12,85 Miliar Bupati yang Terjaring OTT KPK
MONDIAL Luncurkan Koleksi Berlian untuk Malam Tahun Baru yang Tak Terlupakan