Industri Keramik Indonesia 2025: Proyeksi Pemulihan, Tantangan Impor, & Ekspor Melesat

- Selasa, 11 November 2025 | 21:00 WIB
Industri Keramik Indonesia 2025: Proyeksi Pemulihan, Tantangan Impor, & Ekspor Melesat

Kewaspadaan Terhadap Lonjakan Impor dan Perkembangan Ekspor

Di sisi lain, ASAKI sedang mengumpulkan data dan melakukan pengawasan ketat terhadap lonjakan volume impor keramik dari beberapa negara. Terjadi peningkatan impor yang sangat tajam, yaitu dari India sebesar 120 persen, Vietnam 130 persen, dan Malaysia 170 persen. Lonjakan yang signifikan ini diduga kuat sebagai indikasi awal praktik unfair trade dan transshipment produk keramik yang berasal dari China. Tujuannya diduga untuk menghindari pembayaran bea masuk anti-dumping dan safeguard yang telah diterapkan pemerintah.

Sementara untuk kinerja ekspor, data periode Januari-Juli 2025 menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan sebesar 17 persen. Ekspor keramik Indonesia ke pasar Amerika Serikat bahkan melonjak hingga 170 persen, diikuti oleh Malaysia sebesar 50 persen, dan Filipina sebesar 32 persen. Meski demikian, industri ini masih dihadapkan pada tantangan berupa gangguan pasokan bahan baku utama, seperti clay dan feldspar, terutama yang bersumber dari Jawa Barat pasca pencabutan sejumlah izin usaha pertambangan.

Proyeksi dan Target ke Depan

Dengan mempertimbangkan seluruh tren permintaan dan kondisi terkini, ASAKI memproyeksikan total produksi keramik nasional hingga akhir tahun 2025 dapat mencapai 474,5 juta meter persegi. Angka ini merepresentasikan pertumbuhan sekitar 15 persen dibandingkan total produksi pada tahun 2024 yang sebesar 412 juta meter persegi.

Melangkah ke tahun 2026, Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia menargetkan tingkat utilisasi kapasitas produksi nasional dapat meningkat lebih baik lagi, menjadi 78 hingga 80 persen. Target optimis ini disandarkan pada harapan akan terjadinya perbaikan dalam suplai energi serta implementasi kebijakan proteksi industri domestik yang lebih kuat dan efektif.


Halaman:

Komentar