"Studi Rutger Bregman menemukan bahwa pada individu miskin, uang bansos tunai juga dialokasikan untuk training keahlian, di samping untuk kebutuhan sehari-hari," ujar Bhima.
Dampak Bansos Konsumtif terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, mendukung ide pengkajian ulang bansos. Ia menyatakan bahwa program sosial di Indonesia yang masih berfokus pada pendekatan konsumsi merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya produktivitas dan sulitnya pertumbuhan ekonomi Indonesia tembus di atas 5 persen.
"Secara politik, pendekatan ini populis dan menguntungkan, tetapi secara ekonomi dampaknya negatif. Produktivitas dan semangat juang masyarakat tidak terbangun, malah bisa memunculkan mentalitas ketergantungan. Pendekatan konsumtif ini juga tidak berkelanjutan; dampaknya berhenti ketika bantuan dihentikan, padahal anggaran fiskal kita terbatas," tegas Wijayanto.
Ia menyarankan agar bantuan pemerintah ke depan dialihkan ke proyek-proyek yang lebih produktif, seperti pembangunan jalan, irigasi, dan sektor padat karya.
Pernyataan Kunci Menko Zulhas
Sebelumnya, Zulhas menegaskan komitmennya bahwa Indonesia tidak akan bisa maju tanpa peningkatan produktivitas masyarakat. Ketergantungan pada bansos saja, menurutnya, tidak akan membuat rakyat menjadi produktif dan mandiri.
"Kami meyakini negara itu akan maju, bangsa itu akan maju kalau dia produktif. Tidak mungkin bangsa itu maju kalau tidak produktif rakyatnya," kata Zulhas dalam Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) dan Indonesia Fintech Summit & Expo (IFSE) 2025 di Jakarta Convention Center (JCC).
Artikel Terkait
Relawan BNI Turun Langsung ke Aceh, Dukung Pemulihan Pasca-Bencana
ADRO Pangkas Aset Batu Bara, Analis Tetap Beri Sinyal Beli
BCA Tutup Cabang Saat Libur Natal-Tahun Baru, Layanan Digital Jadi Andalan
Investor Asing Borong Saham, Tapi Lepas SBN Rp620 Miliar