Hu Bo menekankan prospek cerah permintaan nikel global, khususnya untuk produksi baterai kendaraan listrik dan sistem penyimpanan energi. "Permintaan nikel diproyeksikan meningkat dari 545 ribu ton logam pada 2024 menjadi lebih dari 1,5 juta ton pada 2030, tumbuh sekitar 18,7 persen per tahun. Ini peluang besar yang ingin kami tangkap bersama Hengsheng," jelasnya.
Dalam kemitraan ini, SMGA akan berperan aktif menyediakan bahan baku strategis seperti batubara, nikel ore, dan black mass hasil daur ulang baterai. Perusahaan juga akan memastikan kelancaran pengadaan converter smelter untuk mengoptimalkan kapasitas operasional Hengsheng.
Teknologi OESBF menjadi faktor kunci dalam kerja sama ini, tidak hanya meningkatkan efisiensi proses pemurnian tetapi juga menekan emisi dan polusi secara signifikan. "Teknologi OESBF terbukti unggul dalam efisiensi energi dan pengendalian limbah. Ini solusi ideal untuk menjaga keseimbangan antara produktivitas industri dan tanggung jawab lingkungan," pungkas Hu Bo.
Artikel Terkait
Kinerja Bank Sumsel Babel 2025: Aset Tembus Rp 39,8 Triliun, Laba Bersih Rp 521 Miliar
The Ning King Meninggal: Pendiri Argo Manunggal & Pemilik Alam Sutera Wafat
Kolaborasi Pertamina Patra Niaga & BP-AKR Jamin Pasokan BBM 100 Ribu Barel
Investasi Energi Terbarukan Indonesia Tertinggal Jauh, Ini Data dan Faktanya