SINAR HARAPAN-Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tengah gencar melakukan penjajakan potensial di beberapa wilayah di Timur Tengah dengan tujuan untuk menarik calon penanam modal bagi PT Bank Syariah Indonesia (BRIS) atau BSI.
Upaya ini dilakukan sebagai bagian dari strategi untuk memperluas kepemilikan saham dan mendiversifikasi sumber daya keuangan bank syariah tersebut.
Meskipun antusiasme terkait investasi dari wilayah Timur Tengah terlihat tinggi, tantangan muncul karena kebanyakan negara di sana mengharapkan kepemilikan saham yang melebihi yang ditawarkan oleh pemerintah, yakni berkisar antara 10 hingga 20 persen.
Baca Juga: Kantongi Dana Rp2,4 Triliun dari Jepang, PGEO Bangun PLTP Lumut Balai Unit 2
"Dalam roadshow ini, mereka ingin masuk kalau bisa lebih dari 10 persen, enggak seperti yang kita tawarkan hanya 10-12 persen. Kalau bisa 15-20 persen jadi strategic partner itu," ujar Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir sebagaimana keterangan yang dikutip Rabu (20/12).
Saham BSI saat ini dimiliki oleh PT Mandiri Tbk sebesar 51,47 persen, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) 23,24 persen dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) 15,38 persen.
Lebih lanjut, untuk memikat calon investor, BSI sedang mengupayakan mendapatkan lisensi penuh untuk bisa membuka cabang di Arab Saudi. Sebelumnya, BSI sudah mendapatkan lisensi penuh untuk wilayah Uni Emirat Arab (UEA).
Artikel Terkait
Bank Indonesia Pacu Kredit Perbankan untuk Dongkrak Ekonomi 2026
KAI Commuter Buka Suara Soal Wacana KRL 24 Jam, Ini Kendala Utamanya
Pemerintah Pacu Pembangunan PLTSa Tangerang Selatan, Siap Konstruksi
Pemerintah Izinkan Amman Mineral Pasok Konsentrat ke Smelter Freeport