Penyaluran kredit dilakukan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian, yang tercermin dari rasio kredit bermasalah (NPL gross) yang tetap rendah di level 0,4 persen. Angka ini berada di bawah rata-rata NPL perbankan nasional.
Pertumbuhan kredit yang sehat mendorong total aset Bank Jago menjadi Rp 34,5 triliun per September 2025, naik 28 persen dari periode sebelumnya. Kombinasi pertumbuhan DPK dan kredit yang positif juga menghasilkan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 199 miliar, meningkat 132 persen dari tahun 2024.
Bank Jago juga mencatat rasio LDR sebesar 98 persen dan CAR yang kuat di level 32,9 persen, menunjukkan likuiditas yang sehat dan permodalan yang kuat untuk mendukung pertumbuhan bisnis di masa depan.
"Kami bersyukur dapat menjaga keseimbangan antara pertumbuhan dan profitabilitas secara berkelanjutan. Ini terus memotivasi kami untuk berinovasi dan berkolaborasi menyediakan produk dan layanan keuangan digital yang dapat meningkatkan kehidupan jutaan nasabah di Indonesia," tutup Arief.
Artikel Terkait
Green Power Gelar RUPSLB Awal 2026, Diduga Kaitkan Deportasi Dirut
Bank Mandiri Salurkan 5.000 Paket Bantuan untuk Korban Bencana di Sumut
Gen Z dan Pemula Bisnis Bisa Raup Cuan di Musim Natal, Ini Peluangnya
Menteri Agraria Serukan Perlindungan Sawah di Kalteng, Ancaman Pangan Mengintai