Dari sembilan perusahaan yang ingin membangun kawasan hunian dengan nilai investasi sebesar Rp 55 triliun, tiga di antaranya merupakan perusahaan asing. Satu asal China dan dua asal Malaysia.
"Para investor (asing) juga tetap berjalan dan berproses melalui seleksi. Terutama sebagian dari yang saya tunjukkan ini (investor dalam negeri dan asing) masuk melalui mekanisme KPBU, kerjasama pemerintah dengan badan usaha, yang memang ada mekanisme seleksinya," jelas Agung.
Baca Juga: Pabrik Tumbang PHK berlanjut, Telan Korban 7.000-an Orang
"Mereka harus dievaluasi feasibility study atau studi kelayakannya. Kemudian nanti akan dilakukan tender untuk kemudian ditetapkan mana yang terbaik dan baru kemudian nanti akan ada perjanjian, baru dibangun," ungkapnya lagi.
Perusahaan asal China ada Citic Construction yang berminat membangun 60 tower hunian di IKN. Sedangkan untuk perusahaan yang dari Malaysia, ada Maxiim yang berminat bangun 10 tower hunian dan IJM yang berminat bangun 20 tower hunian.
"Hunia itu KPBU yang ikut perusahaan-perusahaan dari negara, pertama tetap Indonesia yang paling banyak. Tetapi kemudian ada dari Tiongkok, dari China, walaupun satu (perusahaan) tapi ini minat jumlah huniannya paling banyak, mereka berminat membangun 60 tower. Kemudian ada dari Malaysia, ada dua perusahaan," terang Agung.
Banyak investor asing lain yang juga minat masuk ke IKN, khususnya dalam proyek pengembangan teknologi smart city.
Artikel ini telah lebih dulu tayang di: dewantaranews.com
Artikel Terkait
PT ASSA Suntik Rp500 Miliar Kredit Baru untuk Gencar Ekspansi Armada
BOGA Dikuasai Pemilik Baru, Saham Melonjak 25%
Banten Gerebek Pabrik Asing, 583 Pekerja Ilegal Dideportasi
Canting dan Cita-cita: Kisah Rantiyem Menghidupkan Kembali Warisan Batik