Menjelang akhir tahun 2025, Indeks Harga Saham Gabungan masih punya peluang untuk melanjutkan penguatan. Sentimen pasar memang sedang hangat. Ada faktor window dressing yang biasa terjadi, ditambah kondisi global yang mendukung dan aksi korporasi yang ramai.
Istilah window dressing itu sendiri merujuk pada strategi para pelaku pasar untuk mempercantik portofolio mereka di penghujung tahun. Praktik ini kerap memicu kenaikan harga saham, meski biasanya bersifat jangka pendek.
Myrdal Gunarto, Global Market Economist Maybank, melihat fenomena ini berjalan sesuai pola. Menurutnya, penguatan IHSG akhir tahun ini sejalan dengan praktik tersebut dan didorong sentimen dari luar.
Dia menyebut beberapa hal yang jadi pendorong. Kenaikan harga emas, misalnya, memberi sentimen positif. Tak ketinggalan, berbagai aksi korporasi dari emiten juga berperan.
Aksi korporasi yang dimaksud cukup beragam. Mulai dari rencana akuisisi dan kerja sama strategis, hingga penerbitan obligasi dan right issue. Sektor komoditas dan energi terlihat cukup aktif.
Memang, saham-saham di sektor energi dan sumber daya alam menunjukkan pergerakan yang solid belakangan ini.
Dengan kombinasi faktor-faktor itu, Myrdal memproyeksikan IHSG berpotensi mendekati level 8.725 di penutupan tahun.
Dari sisi sektor, dia menilai beberapa bidang masih menarik untuk dicermati. Pertambangan emas dan energi masih menunjukkan daya tariknya, diikuti transportasi dan teknologi.
Khusus soal maraknya right issue, Myrdal punya pandangan positif. Langkah ini dinilai strategis, terutama bagi emiten yang saham publiknya masih terbatas.
Artikel Terkait
Wall Street Terseret Jual, Indeks Utama Merah di Awal Pekan
Pajak ChatGPT Naik, Anggaran THR Guru Daerah Tembus Rp 7,6 Triliun
Bitcoin Tembus USD 90.000, Didorong Aksi Trader Ritel
Wall Street Lesu di Senin Akhir Tahun, Investor Tunggu Santa Claus Rally