Harga tembaga nyaris sentuh rekor. Di London Metal Exchange (LME), harganya melesat mendekati angka USD 13.000 per ton pada Senin lalu. Reli ini, menurut laporan Bloomberg, tak lepas dari kekhawatiran pasar soal pasokan yang makin mengetat.
Logam yang jadi tulang punggung transisi energi ini melonjak tajam, sampai 6,6 persen, ke level USD 12.960. Perdagangan baru saja dibuka kembali setelah libur nasional di Inggris. Yang menarik, kenaikan selama Desember saja sudah tembus lebih dari 15 persen. Para investor tampaknya sedang bersiap-siap.
Mereka mengantisipasi ancaman tarif dari Amerika Serikat. Isunya, Presiden Donald Trump berencana memutuskan tarif impor untuk tembaga olahan di pertengahan tahun depan. Kabar itu langsung memicu aksi. Pedagang bergegas mengirimkan stok tembaga mereka ke AS, berusaha mengalahkan waktu sebelum bea masuk yang mungkin memberatkan itu diterapkan.
Kalau dilihat sekilas, 2025 memang jadi tahun yang luar biasa untuk tembaga. Tapi bukan cuma tembaga yang bersinar. Beberapa logam lain, seperti emas dan perak, juga catat reli yang cukup impresif sepanjang tahun ini.
Namun begitu, tekanan pada harga tembaga bukan cuma dari isu tarif Trump. Ada faktor lain yang bikin pasar tegang: penutupan sejumlah tambang yang terjadi secara tak terduga. Gabungan semua hal ini terus mendorong harga ke level yang jarang disaksikan sebelumnya.
Artikel Terkait
Zulhas Siapkan Cadangan Pangan 2026, Jagung Melonjak 230 Persen
Petrindo Jaya Kreasi Incar Mayoritas Saham Singaraja Putra
Bandara Ngurah Rai Dibanjiri 82 Ribu Penumpang per Hari Saat Nataru
Petrosea Garap Proyek Raksasa Rp 17,4 Triliun di Kapuas