Wall Street menutup pekan dengan gerak yang nyaris tak terasa. Volume perdagangan Jumat (26/12) itu rendah, pasar seperti masih terbawa suasana hening pasca libur Natal. Minimnya sentimen baru membuat pergerakan indeks pun tampak gamang.
Indeks Dow Jones Industrial Average akhirnya sedikit terperosok 0,04 persen, bertengger di 48.710,97. Sementara itu, S&P 500 dan Nasdaq Composite sama-sama melemah tipis, masing-masing 0,03 persen ke 6.929,94 dan 0,09 persen ke 23.593,10. Data dari Reuters pada Senin (29/12) ini sekaligus mengakhiri reli lima hari beruntun yang sebelumnya terjadi.
Ryan Detrick, kepala strategi pasar di Carson Group Omaha, melihatnya sebagai hal yang wajar.
"Kami mengalami reli yang sangat kuat selama lima hari, jadi hari ini sebenarnya kami hanya mengambil jeda setelah libur panjang," ujarnya.
Di sisi lain, mata pelaku pasar kini tertuju pada fenomena musiman yang disebut "santa claus rally". Fenomena ini merujuk pada kecenderungan naiknya indeks S&P 500 dalam lima hari perdagangan terakhir di tahun berjalan, ditambah dua hari pertama di tahun baru. Periode yang berlangsung hingga 5 Januari ini kerap dianggap sebagai pertanda awal untuk kinerja pasar di tahun berikutnya.
Meski tahun 2025 tinggal menyisakan beberapa hari perdagangan, catatan Wall Street sejauh ini terbilang solid. Bayangkan saja, tahun ini diwarnai gejolak tak sedikit: kekhawatiran suku bunga, ketegangan geopolitik yang menderu, dan demam saham AI yang melonjak-lonjak. Volatilitas tinggi jadi menu harian. Namun begitu, ketiga indeks utama masih kokoh mencatatkan kenaikan dua digit sepanjang tahun.
Artikel Terkait
IHSG Diproyeksi Terbatas, Investor Berharap pada Santa Claus Rally di Akhir Tahun
Satgas Beras Beri Teguran ke 987 Pengusaha, Sementara China Pecahkan Rekor Kereta Cepat
Stasiun Jatake Tangerang Siap Beroperasi Awal 2026, Tampung 20 Ribu Penumpang Sehari
Emas Diproyeksikan Tembus Rp2,7 Juta, Didorong Gejolak Global dan Dolar AS yang Lesu