Demikian penilaian Dominic Pappalardo, Kepala Strategi Multi-Aset di Morningstar Wealth. Posisi bank sentral memang sedang sulit-sulitnya.
Sepanjang 2025, The Fed sudah memangkas suku bunga tiga kali. Tapi arah kebijakan ke depan masih jadi perdebatan sengit di antara para pejabatnya. Proyeksinya beragam, mulai dari menahan suku bunga sampai kemungkinan dua kali pemotongan lagi di tahun 2026.
Sementara di lapangan, sentimen konsumen justru mendingin. Indeks kepercayaan konsumen anjlok ke level terendah sejak April lalu. Orang-orang juga terlihat lebih hati-hati dalam membelanjakan uangnya, terlihat dari perlambatan penjualan ritel.
Pasar obligasi pun merespons. Imbal hasil obligasi pemerintah AS untuk tenor 10 tahun naik ke 4,16 persen. Harga emas merangkak naik 0,8 persen, menyentuh USD4.505,70 per ons. Minyak mentah AS sendiri relatif stabil, bertahan di kisaran USD58,38 per barel.
Jadi, rekor baru di Wall Street ini diraih dengan latar yang cukup rumit. Pertumbuhan ekonomi memang kuat, tapi tekanan inflasi dan kebingungan soal arah suku bunga tetap menjadi tantangan besar yang menunggu di depan.
Artikel Terkait
Pasar Asia Beragam, Nikkei Bangkit di Tengah Anggaran Fantastis Jepang
BRI Siapkan Jaringan 1,2 Juta Titik untuk Layani Transaksi Saat Arus Mudik Nataru
Harga Emas Antam Melonjak Rp 29 Ribu, Pajak Pembelian Diringankan
Pasar Komoditas Beragam: Nikel dan CPO Naik, Batu Bara Lesu