Begitu catatan analis Morgan Stanley. Mereka melihat fragmentasi ekonomi dunia di mana rantai pasokan dan peta manufaktur dibentuk ulang tidak hanya oleh pertimbangan biaya, tetapi juga dinamika politik. Situasi ini memunculkan pertanyaan besar: ke mana aliran investasi baru akan mengalir? Perusahaan mana yang akan diuntungkan dalam dunia yang lebih teregionalisasi ini?
Di tengah semua itu, perilaku korporasi juga diperhatikan. Dengan kondisi pembiayaan yang masih tinggi dan tidak merata, ada perdebatan apakah gelombang merger dan akuisisi akan benar-benar menguat. Atau jangan-jangan, perusahaan justru memilih bersikap hati-hati, fokus pada efisiensi internal dan memperkuat neraca keuangan mereka saja.
Terakhir, ada satu tren yang dampaknya mulai terasa nyata: obat-obatan penurun berat badan generasi baru, seperti GLP-1. Pengaruhnya sudah melampaui sekadar dunia kesehatan. Perdebatan kini bukan lagi pada efektivitasnya itu sudah jelas melainkan seberapa dalam obat-obatan ini mengubah kebiasaan makan, pola belanja, dan permintaan di sektor-sektor terkait, mulai dari produsen makanan hingga ritel.
Jadi, begitulah kira-kira. Pasar saham dua tahun ke depan akan diwarnai oleh tema-tema yang lebih 'nyentrik' dan langsung menyentuh lini bisnis. Investor perlu menyelami lebih dalam, jauh melampaui headline angka pertumbuhan ekonomi.
Artikel Terkait
KKP Tambah 35 Kampung Nelayan Baru, Total Capai 100 Titik
Di Balik Sunyinya Dapur Pathuk, Bu Wasiati Berjuang Menjaga Rasa Bakpia 526
Modal Asing Rp 240 Miliar Serbu Pasar Saham dan SRBI di Akhir 2025
Keputusan MA Delaware Pacu Kekayaan Elon Musk Tembus Rp 12.500 Triliun