"Pertumbuhan TUGU bukan hanya terjadi pada sisi top line, tetapi juga tercermin pada penguatan struktur neraca perusahaan," tambah Nurwachidah.
Yang tak kalah penting, kekuatan modalnya sangat menonjol. Risk-Based Capital (RBC) TUGU tercatat 360,9 persen, mengungguli rata-rata industri asuransi umum. Rasio Kecukupan Investasi (RKI)-nya juga jauh lebih tinggi dari sektor. Ini menunjukkan buffer yang kuat untuk menghadapi gejolak.
Di sisi lain, perusahaan ini juga dikenal cukup royal bagi hasil. Pembagian dividen tunai konsisten dilakukan dengan payout ratio sekitar 40 persen dalam tiga tahun terakhir. Pola ini memberi sinyal jelas: perusahaan tak cuma ekspansi, tapi juga peduli pada imbal hasil langsung bagi investor.
"Dengan harga saham yang masih mencerminkan PBV di bawah 0,4 kali dan riwayat pembagian dividen yang stabil, kombinasi antara potensi apresiasi harga dan penerimaan dividen menjadi salah satu alasan saham ini mulai dilirik kembali oleh pelaku pasar," jelas Nurwachidah.
Menurutnya, kenaikan 16 persen dalam tiga bulan ini baru penyesuaian awal. Ia merasa, kenaikan itu belum sepenuhnya mencerminkan fundamental yang ada, apalagi melihat PBV yang masih jauh di bawah satu kali. Dengan pertumbuhan premi dan laba yang tetap positif, plus neraca yang kuat, ruang untuk re-rating masih terbuka lebar.
Nurwachidah juga menyoroti disiplin perusahaan dalam pengelolaan risiko. Kekuatan modal dan prudent underwriting menjadi kunci konsistensi kinerja TUGU dalam lima tahun terakhir.
Posisi RBC yang tinggi dan profil investasi yang terjaga, tuturnya, memberi perusahaan cukup amunisi untuk menyerap volatilitas. Sekaligus, tetap menjaga kemampuan mereka untuk membayar dividen secara rutin kepada pemegang saham.
Jadi, meski likuiditasnya belum besar, saham ini punya cerita yang menarik untuk diikuti. Dari valuasi murah, fundamental tumbuh, hingga dividen yang stabil.
Artikel Terkait
ADRO Siap Bagikan Dividen Rp4 Triliun, Angpao Akhir Tahun dari Laba 2025
Pramono Anung Janji Umumkan UMP Jakarta 2026 Lebih Cepat dari Tenggat
Ekonomi Indonesia Diproyeksi Melaju di 2026, Saat Dunia Justru Melambat
Rupiah Bertahan Tangguh di Tengah Gejolak Global, Didukung Arus Modal Asing