Minat bank untuk menyalurkan kredit pun sebenarnya ada, terlihat dari persyaratan yang semakin dilonggarkan. Namun begitu, ada kehati-hatian ekstra untuk segmen konsumsi dan UMKM. Alasannya jelas: risiko kredit di sana dinilai meningkat. Dampaknya langsung terasa, kredit UMKM pada November malah menyusut 0,64 persen.
Dengan kondisi seperti ini, BI memperkirakan pertumbuhan kredit sepanjang 2025 akan berada di ujung bawah kisaran proyeksi 8-11 persen. Harapannya, baru akan membaik di tahun 2026. Untuk itu, koordinasi dengan pemerintah dan KSSK akan ditingkatkan, tak hanya untuk mendorong kredit tapi juga memperbaiki struktur suku bunga.
Ketahanan Bank Masih Kuat
Lalu, bagaimana dengan kesehatan perbankan secara keseluruhan? Menurut BI, fondasinya tetap solid meski ada berbagai pelonggaran kebijakan. Modal bank sangat kuat, dengan rasio CAR pada Oktober 2025 yang naik ke 26,38 persen. Artinya, kemampuan mereka menyerap risiko masih sangat besar.
Rasio kredit bermasalah (NPL) secara agregat juga terjaga rendah. NPL kotor di angka 2,25 persen, sementara NPL bersih hanya 0,90 persen. Tapi, ada satu titik yang perlu diawasi: NPL di segmen UMKM masih relatif tinggi, yakni 4,50 persen pada November. Ini jelas butuh perhatian serius ke depannya.
Hasil stress test yang dilakukan BI menunjukkan ketahanan sektor perbankan tetap tangguh. Kemampuan bayar dan profitabilitas perusahaan-perusahaan besar juga masih terjaga, yang jadi penopang penting. Ke depan, sinergi BI dan KSSK akan terus diperkuat. Tujuannya, untuk mengantisipasi segala risiko baik yang datang dari gelombang ekonomi global maupun dari dalam negeri yang bisa mengganggu stabilitas sistem keuangan kita.
Artikel Terkait
Pramono Anung Janji Umumkan UMP Jakarta 2026 Lebih Cepat dari Tenggat
Saham TUGU Merangkak 18%, Analis Soroti Potensi Re-rating di Tengah Valuasi Murah
Ekonomi Indonesia Diproyeksi Melaju di 2026, Saat Dunia Justru Melambat
Rupiah Bertahan Tangguh di Tengah Gejolak Global, Didukung Arus Modal Asing