Harga beras dunia belakangan ini disebut-sebut turun. Menariknya, Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan atau Zulhas, punya klaim menarik soal penyebabnya. Menurut dia, Indonesia punya andil besar dalam tren penurunan itu. Kok bisa?
Zulhas bilang, karena Indonesia berhenti mengimpor beras dalam jumlah besar. "Dulu waktu saya menteri perdagangan itu harga beras USD 650 per tonnya," ujarnya.
"Sekarang karena kita tidak belanja, beras itu di bawah USD 400 (per ton). Jadi pengaruh harga dunia luar biasa."
Ia menjelaskan, posisi Indonesia dulu sebagai pembeli terbesar di pasar global membuat langkah ini berdampak signifikan. Ketika impor dihentikan, otomatis permintaan dunia menyusut dan harganya ikut tertekan. "Maka Menteri Pertanian dapat penghargaan dari PBB, karena kita bisa menurunkan harga beras dunia," tambah Zulhas dalam acara Hakordia 2025 di Jakarta Pusat, Selasa (16/12).
Klaim swasembada ini bukan tanpa data. Zulhas menyebut, dalam setahun terakhir Indonesia berhasil menghentikan impor beras konsumsi. Bahkan, produksi tahun 2025 diproyeksikan surplus lebih dari 4 juta ton. "Dalam satu tahun, kita tahun lalu impor beras 4,5 juta (ton), tahun ini kita surplus 4,7 juta (ton)," paparnya. "Jadi kita akan impor lagi, di gudang Bulog (ada) 3,7 juta ton."
Lalu, bagaimana dengan data impor yang masih ada? Ternyata, rinciannya punya cerita berbeda.
Artikel Terkait
Bank Dunia Naikkan Proyeksi Ekonomi RI, Tapi Peringatkan Ancaman di Pasar Kerja
IHSG Bertahan Hijau, Berbeda Nasib dengan Bursa Asia yang Merah
Skema Tadpole Pinjol Dikecam, Cicilan Awal Mencekik Hingga 70 Persen
Intikeramik (IKAI) Pacu Kinerja, Laba Kotor 2025 Tembus Rp71,8 Miliar