Senin lalu, di sebuah gudang di Citeureup, Bogor, ada suasana yang berbeda. Sebanyak 48 ton durian beku akhirnya diberangkatkan. Tujuan akhirnya? Qingdao, China. Momen ini bukan sekadar pengiriman biasa, tapi ekspor perdana langsung ke Negeri Tirai Bambu yang resmi dibuka. Sebuah langkah bersejarah, kata banyak pihak.
Peluangnya memang luar biasa. Pasar durian di China itu raksasa, nilainya disebut-sebut mencapai Rp 128 triliun per tahun. Nah, dengan pintu ekspor langsung yang kini terbuka, Indonesia berani menatap potensi devisa yang fantastis: bisa menyentuh Rp 12,8 triliun setiap tahunnya. Pengiriman perdana senilai Rp 5,1 miliar itu hanyalah permulaan.
Aditya Pradewo dari Asosiasi Perkebunan Durian Indonesia (Apdurin) tak menyembunyikan antusiasmenya. Menurutnya, ini peluang emas yang ditunggu-tunggu para eksportir.
Di sisi lain, keuntungannya tak cuma dari nilai jual. Ada penghematan biaya logistik yang signifikan. Selama ini, durian Indonesia harus memutar dulu ke Thailand sebelum akhirnya masuk China. Rutenya jadi panjang dan tentu saja, mahal.
Muchlido Apriliast dari PT Zarafa Ridho Lestari punya perhitungan nyata.
Perjalanan Panjang Menuju Kesepakatan
Artikel Terkait
IHSG Hampir Tak Beranjak, LQ45 Justru Merangkak Naik
Petrosea Bentuk Anak Usaha KIMS, Merambah Bisnis Kesehatan dan Sosial
Rayakan HUT ke-130 BRI dengan Gaya Baru dan Hobi Segar
CBRE Pacu Pendapatan 30% Usai Aset Lancar Melonjak Rp45,5 Miliar