Superbank, atau PT Super Bank Indonesia Tbk, akhirnya siap melantai di Bursa Efek Indonesia. Kabar ini sudah lama ditunggu pasar. Lewat penawaran saham perdana atau IPO, mereka berencana menghimpun dana segar yang cukup besar, sekitar Rp2,79 triliun. Caranya? Dengan melepas 4,4 miliar saham, atau setara 13% dari modal ditempatkan dan disetor penuh pasca-IPO.
Lalu, untuk apa saja dana segar itu digunakan? Menurut keterangan pers yang dirilis Selasa (9/12/2025), sebagian besar sekitar 70% akan dipakai untuk modal kerja penyaluran kredit. Nah, sisa 30%-nya dialokasikan sebagai belanja modal. Rencananya, belanja ini berjalan mulai 2026 hingga lima tahun ke depan. Cakupannya luas, mulai dari pengembangan produk, sistem pembayaran digital, infrastruktur IT, sampai penguatan sistem operasional. Tak lupa, ada juga alokasi untuk investasi di bidang AI & Data Analytics serta peningkatan keamanan siber.
Harga IPO-nya sendiri sudah fix. Berdasarkan hasil penawaran awal 25 November–1 Desember 2025, setiap lembar saham Superbank dibanderol Rp635.
Dengan harga itu, menariknya, valuasi Superbank terbilang rendah. Price to Book Value (PBV)-nya hanya sekitar 2,64x. Angka ini menempatkannya sebagai salah satu bank digital dengan valuasi paling rendah dibandingkan para pesaing. Jauh di bawah, misalnya, Bank Jago (ARTO), Allo Bank Indonesia (BBHI), atau Bank Aladin Syariah (BANK).
Tak heran, bank digital ini langsung menyita perhatian investor. Rentang harga dan valuasinya dinilai sangat menarik, bahkan menggiurkan, jika dibandingkan dengan bank digital lain yang sudah lebih dulu listing.
Faktor lain yang jadi pertimbangan adalah dukungan dari dua raksasa: Grab dan Emtek Group. Dengan backing tersebut, Superbank dipandang punya keunggulan serius dalam hal ekspansi layanan digital dan akuisisi nasabah. Sinergi ekosistemnya dinilai solid.
CEO Sucor Sekuritas, Bernadus Wijaya, turut mengamini soal daya tarik valuasi ini.
Artikel Terkait
Ancol Bidik Rp1,1 Triliun di 2025, Meski Kinerja Kuartal III Lesu
Ketergantungan Bahan Baku Obat 85 Persen Impor, Kemenperin Soroti Potensi Alam Lokal
Survei BI Ungkap Gelombang Optimisme Konsumen Menjelang Akhir 2025
Pemerintah Kerek Tarif Ekspor Batu Bara, Laba Emiten Diprediksi Anjlok