Pasar komoditas tampak lesu pada Senin (8/12). Mayoritas harga justru melemah di penutupan perdagangan. Minyak mentah, CPO, nikel, dan timah kompak berwarna merah. Hanya batu bara yang sedikit bernafas, mencatat kenaikan tipis dibanding hari sebelumnya.
Minyak mentah jadi sorotan utama karena anjlok cukup dalam, sekitar 2 persen. Pelemahan ini dipicu kabar dari Irak yang berhasil memulihkan produksi di ladang minyak West Qurna 2. Ladang raksasa milik Lukoil itu sebelumnya sempat terganggu akibat kebocoran pipa. Menurut dua pejabat energi Irak yang dikutip Reuters, ladang ini menyumbang sekitar 0,5 persen dari suplai minyak global. Kabar pemulihan produksi ini langsung memberi tekanan pada harga.
Padahal, sebelumnya sempat ada angin segar. Harga sempat memangkas kerugian setelah beredar kabar bahwa Irak justru menghentikan produksi di sana. Tapi rupanya, sentimen positif itu tak bertahan lama. Kontrak berjangka Brent akhirnya turun USD 1,26 ke level USD 62,49 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) AS juga merosot USD 1,20 menjadi USD 58,88 per barel.
Namun begitu, bukan cuma soal Irak yang bikin pasar was-was. Perkembangan pembicaraan untuk mengakhiri perang di Ukraina juga jadi perhatian serius para investor. Kalau sampai ada kesepakatan damai, ekspor minyak Rusia berpotensi melonjak dan bisa mendorong harga turun lebih jauh.
“Jika dalam waktu dekat tercapai kesepakatan terkait Ukraina, ekspor minyak Rusia berpotensi meningkat dan memberikan tekanan turun pada harga minyak,” ujar Tamas Varga, analis pasar minyak di PVM.
Artikel Terkait
BI Siapkan Rp14,5 Miliar dan Layanan Tukar Uang via QRIS untuk Nataru di Sulut
IHSG Tembus Rekor Baru, Sentimen Positif Warnai Perdagangan
IHSG Mengawali Pagi dengan Sentuhan Hijau, Rupiah Justru Tergelincir
Cukai Minuman Manis Ditunda, Pemerintah Tunggu Ekonomi Pulih